Lihat ke Halaman Asli

Senja bersama Aksara

Diperbarui: 8 Juni 2020   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: jooinn.com

Duduk di atap rumah menjadi kebiasaan Aksara. Sendirian berdiam diri menikmati hembusan angin. Dipejamkan matanya. Dihirupnya kembali udara yang berhembus dari arah laut. Mentari bersiap menenggelamkan diri di ujung sana. Pemandangan sore itu terasa begitu menyenangkan.

Aksara senang dirinya pindah ke kota pesisir ini. Pekerjaan orang tuanya di bidang pertambangan mengharuskan Aksara ikut hijrah. Dengan pribadinya yang supel, ia tak kesulitan menjalani hari sebagai warga baru. Bahkan di sekolah pun, ia berteman dengan banyak orang.

Sementara Aksara masih berdiri di atap dan menikmati suasana sore, Senja memperhatikan dari kejauhan. Rumahnya yang hanya terpaut lima bangunan membuat lelaki berusia hampir 18 tahun itu bisa melihat sosok Aksara dari jendela kamar.

“Penghuni baru yang sopan, ceria, dan baik hati,” ucap Senja tersenyum sendiri.

Ia teringat momen setengah tahun lalu saat di hari pertama kedatangan, Aksara dan keluarganya datang ke rumah para tetangga untuk berkenalan, termasuk rumah Senja. Keluarga Aksara memang cakap bergaul, sehingga tak perlu waktu lama untuk bisa ikut membaur dengan seluruh warga komplek di sini.

Menjadi siswa di sekolah yang sama membuat Senja dan Aksara akrab. Meskipun keduanya berbeda angkatan, mereka kerap berangkat sekolah bersama dengan mengendarai sepeda motor Senja. Namun Aksara selalu pulang sendiri karena Senja harus menjalani pemantapan persiapan ujian nasional bersama seluruh kelas 12.

Lama-lama keluwesan Senja dalam bergaul dengannya ternyata meninggalkan kesan tersendiri di dalam hati Aksara. Padahal sebelumnya ia tak punya perasaan seperti ini. Perasaan hangat, deg-degan, dan nyaman ketika bertemu Senja. Namun Aksara tak mau gede rasa. Ia berusaha mengendalikannya senormal mungkin agar tidak terlihat berlebihan di depan Senja.

Hal yang sama rupanya juga turut dirasakan Senja. Sifat antusias Aksara membuat Senja tak pernah bosan mendengarkan berbagai cerita dari perempuan bermata bulat tersebut. Bahkan Aksara sigap menyimak ketika Senja menumpahkan kegalauannya tentang pilihan jurusan kuliah yang akan diambil setelah lulus sekolah. Ada hawa senang yang mencuat setiap kali mereka berboncengan dan tertawa bersama menuju perjalanan ke sekolah.

Keduanya sama-sama memendam ketertarikan satu sama lain. Namun Aksara merasa sikap terbuka Senja adalah bentuk kewajaran sebagai tetangga di rumah sekaligus kakak kelas di sekolah. Sementara Senja menilai perhatian Aksara memang sudah bawaan dari kepribadiannya yang ceria.

Bersama Aksara, Senja hanya ingin berlama-lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline