Lihat ke Halaman Asli

Cinta Tak Berujung Ke Tanah Leluhur

Diperbarui: 22 Juli 2024   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hinca IP. Panjaitan XIII memberikan sambutan dan arahan dalam Rapat Raja Dogor Panjaitan III. Foto: Hotpangidoan Panjaitan

Endless Love for The Ancestral Land

Marsinondang Humala Sian Lumban Raja Dogor Panjaitan

     Holong Nasomarhasudaan, sejatinya kepada tanah leluhur dan para saudara pun handai taulan menjadi jargon yang menarik untuk dikulik, hal ini disampaikan Among Hinca IP Pandjaitan  XIII pada Harungguan Pomparan Raja Dogor Panjaitan Nagabe Namartuai, Ima napumopar 4 Ompu Namora Nagabei Raja Pangatur, Raja Ompu Sulangon, Raja Siamporik dohot Raja Pambarobo. 

Pertemuan berjalan penuh damaii sejahtera dengan tukar menukar pendapat, pandangan dan cita-cita mulia, demi tanah leluhur Lumban Raja Dogor Panjaitan namarsangap i. Sabtu, 13 Juli 2024 di Kantor Sekretariat Panitia Festival Budaya dan Wisata Budaya Pomparan Raja Dogor Panjaitan, Hutaginjang, Desa Dalihan Natolu Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba.

     "Barang Siapa yang menghormati Leluhurnya dengan sepenuh-penuh hatinya, niscahya sesungguhnya pada saat yang bersamaan dia telah mempersiapkan menjadi leluhur (yang dihormati) oleh generasi-generasi berikutnya", demikian Hinca IP Pandjaitan mengulang beberapa kali agar tertanam di hati para hadirin, berupa  intisari kontempelasi rangkaian perjalanan sampai menemukan jalan emas pengabdian kembali ke kampung leluhurnya, Tano Batak. Jalan yang dulu sunyi, kini semarak berkilau ditangannya, bak berlian kilaunya sekarang.

     Ikat kepala dan selempang ulos yang dikenakannya bernilai budaya memilki warna yang khas, berasal dari tenunan tangan asli buah tangan penenun batak.  Seperti menjadi  identitas yang melekat yang menyiratkan Batak Pride. Pada pertemuan sore hari yang bersahaja, Hinca menggariskan dan menegaskan jalan kembali menuju titik nol perjalanan leluhur dan memulai kembali mengurai benang kusut dan carut marut dekadensi serta translasi budaya yang menerpa peradaban Batak Toba. 

      Banyak program yang dijabarkan mulai dari awal hingga akhir pertemuan. Keseluruhan menggambarkan betapa adiluhungnya sistem kekerabatan Batak, utamanya kehidupan bersaudara, betapa leluhur telah membuat patron yang tertata rapi sampai menjangkau generasi ke-21 bahkan saat ini terus bertambah. 

     Tata urutan aturan formasi kekerabatan      persaudaraan dapat diaplikasikan tanpa memandang usia, latar belakang, dan dominasi serta determinasi, semua mengacu pada tata aturan nomor urut yang jelas. Semisal Among Hinca  yang bernomor urut generasi 13, saya panggil Among karena saya sendiri pada nomor urut generasi 14. Semua teratur, tata aturan ini juga dapat mengacu kepada partubu, Among Hinsa dan saya sama-sama berleluhur Raja Pambarobo, siampudan dari Raja Dogor Panjaitan, pada tata urutan panortoran kecuali didaulat "Raja Nadipajolo". Keturunan Pangatur Punsulangon, Siamporik berdiri mendahului siampudan Pambarobo.A dat dan budaya adalah konsensus, tapi tata letak pardongantubuon (persaudaraan segaris bapak) sudah memiliki garis tersendiri yang harus digali kembali dan dimuliakan. Tugas kita untuk menuliskannya pada generasi mendatang


     Among Hinca, banyak memaparkan buah pikir yang keseluruhnya bermuara ke jalan pulang yang dulu sunyi kini semakin berseri. Festival Wisata Budaya Edukasi Budaya Batak di Lumban Raja Dogor Panjaitan III, Hutan Wisata dan Menara Pandang Raja Dogor ke Toba Na Hornop, ke Huta Tulang, Orangtua Ompung Boru Sandebona boru Siregar di Siregar Aek Na Las, Pembangunan Parhutaan Opat (4) Ompu keturunan Raja Dogor, yang digadang dapat menjadi legacy bagi keturunan berikutnya  dan batu ojahan (role model) bagi pembangunan pendirian tugu peringatan bagi leluhur seantero Bangso Batak,  Air Suci Leluhur Raja Dogor Panjaitan dan banyak buah pikir lainnya yang kaya dengan kontempelasi, nilai peradaban dan nilai-nilai budaya yang tinggi.

     Peresmian Tugu yang telah dipugar sebenarnya sudah dapat dilakukan namun menurut Panitia  "Kita tidak akan melakukan peresmian di persawahan dan atau di wisma, namun kita akan mendirikan 5(lima) Rumah Batak, yang peletakan batu pertama direncanakan tanggal 03 Agustus, seluruh Pomparan Raja Dogor dapat memiliki saham di Parlumbanan Raja Dogor Panjaitan III, silakan berkontribusi, dan rangkaian acara telah digodok seperti Festival Budaya, Mari bergandeng tangan untuk mewujudkan ini semua, Kita akan manortor meresmikan Tugu Raja Dogor di Halaman  Ruma Batak Parhutaan", Kata Ketua Panitia Juanda Panjaitan.


     Takbiasanya aku menulis seperti ini, pun menjabat tangan seseorang yang dianggap orang lain tinggi pangkat jabatan, mengkultuskan atau menyanjung seseorang dengan lisan dan tulisan. Sebagai seorang egaliteris yang tadinya freethinkeris abal-abal, perlahan memudar, bahwa ada hal-hal yang bukan harus selalu dipikirkan dan harus dikerjakan saja. Pun ada sesuatu yang harus benar-benar dipikirkan dan tentunya harus dilaksanakan dan diwujudkan. Opsi kedua ini saya ambil hikmah dari pertemuan sore hari. Betapa buah pikir dan -proses menuju ke- yang dipaparkan, membuka mata hati dan pikir, ada banyak hal yang harus dibenahi di kampung halaman ini. Menilai seseorang dari buah pikir dengan kekayaan intelektualnya itu sudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline