Lihat ke Halaman Asli

Nama Episode Sembilan Belas

Diperbarui: 13 Februari 2021   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Katanya seseorang bisa jatuh cinta tanpa melihat rupa. Tidak melulu cinta itu selalu datang lewat pertemuan mata. Barangkali kamu adalah cinta yang hadir dari telinga turun ke hati. Kapan hari kita harus ganti lirik lagu itu ya. Tentang kamu dan cinta, semuanya dimulai lewat suara. Kamu punya banyak hal yang kusuka, satu yang paling menarik adalah pertemuan dengan suara. Banyak pertemuan ini yang membuat resah, gerah, dan dilema yang tidak berujung.

Ada hari dimana suara nafas itu terdengar berat, membuat aku bertanya ada apa dan kenapa hari ini. Apakah dia sedang sedih. Terdengar suara itu menyimpan beban yang sedang disimpan rapat. Aku tahu jelas kamu sedang bersedih, meski tidak terdengar satu kata pun keluar dari mulutmu. Terkadang, meskipun kamu mengeluarkan kata ceria, aku tetap mendapat kesan bahwa kamu sedang mengalami kesepian yang teramat dalam. Barangkali, memang tidak semua pendengar akan bisa mengerti, makanya sulit bagimu untuk berbagi.

Aku suka mendengarkan suara langkah kakimu. Hanya dengan mendengar suara langkah kaki, aku tahu itu kamu. Aku kenal betul dengan suara itu, pelan dan rapi. Aku tahu kamu sedang bersemangat jika hentakan kakimu terdengar agak kencang dan kuat. Aku yakin kamu sedang bersedih, jika suara langkahmu hampir tidak terdengar. Aku lebih suka mendengarkan suara langkah kakimu yang bersemangat. Aku berharap kamu bisa menghancurkan semua rasa sedih dan tekanan yang ada di jantungmu dengan dentuman langkahmu.

Dari semua suara yang kusukai itu, suara satu kalimat ini adalah yang terbaik. Satu kalimat yang terdengar merdu sekali karena itu datangnya dari kamu. "Sudahkah kamu makan hari ini" kamu selalu menanyakan ini bahkan ketika suaramu terdengar sendu.Suaramu yang dalam dan sendu itu, membuat hatiku hangat. Aku cemburu pada wanita yang setiap hari kau tanya demikian. Betapa beruntungnya dia, mendapatkan hatimu dan mendengarkan suaramu setiap hari. Aku bertanya dalam hati, kapan kamu akan mengeluarkan suara demikian untukku. Aku tahu jawabanya masih sama, aku hanya menjadi pendengar dalam diam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline