Lihat ke Halaman Asli

Antara Tanoto Scholars Association Programme, Saya, dan Senami’s Children

Diperbarui: 3 November 2015   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

How lucky I am to have something that makes saying goodbye so hard! 

Beruntung mungkin adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana saya dapat bertemu bersama adik – adik SAD di Senami. Saya beruntung karena saya menjadi penerima Beasiswa Tanoto Foundation, dan kemudian ditunjuk untuk menjadi ketua di Program Peningkatan Minat Baca di Senami yang dinaungi oleh Tanoto Scholars Association Jambi. Keberutungan ini hampir membuat saya lupa bahwa “perpisahan” pasti akan datang dan akhirnya, kata “berpisah” menjadi momok menakutkan bagi saya.

Perpisahan bukanlah suatu hal yang diinginkan oleh setiap orang yang bertemu dan yang telah melewati banyak hal bersama- sama. Inilah hal yang  saya rasakan saat detik – detik perpisahan itu akan datang. Berat rasanya bagi saya pribadi untuk melakukan pendampingan terakhir di Senami. Apa mau dikata, saya hanya diberikan mandat untuk mendampingi adik – adik SAD senami  selama tujuh pertemuan. Hal terperih dari sebuah perpisahan adalah mengatakan hal yang saya tidak ingin tapi harus yaitu : “kita pisah.”

Lewat setengah tahun sudah saya menjadi ketua Program Peningkatan Minat Baca di Senami. Tujuan program kami ini adalah meningkatan motivasi membaca dengan cara membuat perpustakaan mini sebagai wadah bagi adik – adik SAD untuk melanjutkan kegiatan membacanya apabila kami tidak mendampingi. Banyak hal – hal yang tak terlupakan dan menjadi alasan kenapa saya tidak pernah bosan untuk kembali berkunjung ketempat ini. Berikut ini adalah beberapa pendapat saya mengenai Program Peningkatan Minat baca untuk adik – adik SAD di Senami :

  • Keterbatasan bukan penghalang

Taukah kamu? Kami selalu belajar di Pelataran Puskesmas yang ada di Senami. Puskesmas ini memang tidak buruk, kami harus menyapu untuk membersihkan lumpur ataupun kumpulan tanah yang ada di Pelataran Puskesmas ini sebelum pendampingan dilakukan. Karena kami hanya dapat menggunakan pelataran puskesmas, jadi apabila matahari terik kami harus siap-siap panas – panasan. Tapi anehnya semakin panas mereka semakin antusias, kami yang mendampingipun ikut semangat. Kadang juga kami harus belajar dibawah pohon, apabila adik – adik SAD Senami ini dibagi kesetiap kelompok berdasarkan umur. Benar, Keterbatasan tempat bukan penghalang untuk mereka belajar.

  •  Kemauan belajar mereka luarbiasa

Mereka selalu antusias dengan kedatangan kami. Bahkan pernah beberapa kali mereka menanyakan kedatangan kami karena kami tidak kunjung melakukan pendampingan seperti sebelum – sebelumnya. Hati siapa yang tak tersentuh jika melihat semangat belajar anak – anak ini yang sangat luarbiasa. Bila mana mereka bertanya, “kak ini maksudnya apa?” Atau kakak “Singa itu seperti apa?” Saya menyadari rasa ingin tau mereka tinggi tapi mereka kekurangan fasilitas.

  • Adik – adik SAD mengikuti aturan yang kami berikan

Tau tidak apa yang saya pikiran ketika saya akan mendamping adik – adik yang merupakan  bagian dari “ Suku Anak Dalam” di Dusun Senami. Saya memikirkan penolakan dan ketidakmauan mereka untuk menerima orang baru disekelilingnya. Namun, Mereka langsung mengingat nama saya saat pertama bertemu dan mengatakan “ Kak Mian minggu depan datang lagi ya.”  Saya terkejut mereka ingat nama saya? padahal sayapun tidak ingat nama mereka satu persatu saat itu.  Pada pertemuan berikutnya saya memaksakan diri untuk menghafal nama mereka satu persatu sebagai bentuk apresiasi dari usaha mereka untuk mengingat nama saya. Jujur saya bangga!

  • Bukan hanya mau belajar tapi mereka juga mau diajar

Seperti kala itu, ketika kami mendogengkan cerita. Mereka berebut bertanya kelanjutan ceritanya. Kami para pendogeng sengaja mendongengkan ceritanya agak lama agar mereka penasaran. Dan Itu berhasil!  Saya dan Tanoto Scholars yang lain, mengajarkan mereka tentang pentingnya kebersihan seperti “buang sampah pada tempatnya” atau “ tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang kasar” Merekapun mau untuk diajarkan hal – hal itu dan juga melakukan apa yang diajarkan. Jadi tidak sulit membimbing adik - adik ini.

  • Tidak hanya anak, orangtuapun turut dalam program ini

Buku – buku yang telah kami kumpulkan, telah dititipkan pada salah satu orangtua dari adik Senami dibimbing. Ibu ferry merelakan rumahnya untuk dijadikan sebagai tempat penitipan buku - buku itu. Luar biasa bukan? Betapa mereka sangat mensupport kegiatan  yang kami lakukan untuk anak – anaknya.

Tepatnya minggu lalu, 1 november 2015 menjadi pendampingan terakhir saya sebagai Ketua Program Peningkatan Minat Baca di Senami. Saya beserta Jambi Scholars yang lain telah membuat perpustakan mini di Senami. Buku – buku ini kami dititipkan pada orangtua dari salah satu adik – adik yang kami bimbing. Kami melakukan acara perpisahan dengan makan dan bernyanyi bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline