Lihat ke Halaman Asli

Esensi Belajar pada Air

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Esensi Belajar Pada Air

Oleh: Hotman J. Lumban Gaol, S.Th

Hidup adalah proses belajar. Manusia yang adatif adalah manusia pembelajar. Tak ada keberhasilan diraih tanpa pengorbanan. Sepanjang hidup ini memang ruang untuk belajar. Apalagi kalau filosofi air itu kita ikuti mengalir seperti air. Kita perlu belajar dari sifatnya. Sifat air seperti kita tahu netral. Kalau dimasukkan zat yang merusak, air akan terkontaminasi dan rusak, kemudian menjadi perusak. Kalau ke dalam air dimasukkan racun maka air itu akan menjadi racun. Dalam meraih keberhasilan, tak dengan instan, tetapi melalui perjalanan dengan melalui proses waktu yang panjang. Soal belajar, mari belajar pada air. Air adalah bagian yang banyak memberikan filosofi dalam kehidupan.

Alih-alih, air selalu menempati ruang yang paling rendah, semakin banyak air di atas gunung akan semakin banyak air yang akan turun ke bawah. Hal ini bermakna, semakin seseorang banyak ilmu maka dia semakin ia berwibawa, semakin dia merendah, semakin dia melihat ke bawah. Bukan semakin dia banyak ilmu semakin menonjolkan diri. Lagi-lagi, air menempati segala jenis ruang. Air punya punya karakter, selalu mengikuti apa yang menjadi wadah di sekitarnya.

Artinya, air menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik. Ia selalu mencari celah supaya mendapatkan tempat yang lebih rendah. Air punya sifat juga, halangan maupun rintangan tidak ia perdulikan. Sekali memiliki keinginan untuk mencari sesuatu maka hal apapun yang menjadi penghalang akan ia lalui. Dan lagi, air bisa memadamkan api, melembekkan tanah, melubangi batu hanya dengan setetes demi setetes. Juga, air akan dapat menenangkan suasana. Sama halnya dengan sifat air yang menyejukkan segala macam hal.

“Gutta cavat lapidem non vi, sed saepe cadendo; sic homo fit sapiens bis non, sed saepe legend” Peribahasa Latin. Diartikan batu berlubang bukan karena kekuatan yang dasyhat tapi akibat tetesan air yang berulangkali; begitu pula manusia menjadi bijak bukan karena satu dua kali tapi karena kerapkali membaca. Air mengajarkan fleksibilitas dan kreatifitas tanpa batas yang memberikan ruang kepada kita untuk memaksimalkan potensi diri secara merdeka dalam menyikapi setiap realita yang ada.

Bagaimana filosofi air dihubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari? Air sebagai anugerah Tuhan di bumi ini, dan menjadi sumber kehidupan. Ia merupakan sesuatu yang begitu penting bagi kelangsungan makhluk hidup, dan menjadi andil yang paling besar. Belajar dari air berarti melewati sebuah tantangan yang ada di hadapannya dengan sebuah kelenturan atau kesabaran yang didasari dengan keikhlasan untuk menghadapi cobaan yang menerpa tanpa harus mengeluh. Begitulah seharusnya manusia, tidak mudah menyerah kalu mendapat rintangan, halangan, dan cobaan. Tetapi tetap bersyukur.

Berbicara filosofi air, air adalah zat yang paling mudah beradaptasi di jagat raya ini. Esensinya sama dengan belajar di kehidupan. Manusia pun kalau mendapatkan pikiran-pikiran yang salah akan bertindak salah. Tetapi, kalau mendapat asupan yang baik, pemikiran kebaikan akan juga bertindak baik. Kitab suci berkata: Tetapi barang  siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yohanes 4: 14).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline