Lihat ke Halaman Asli

Hotma Siregar

Staf Tim Digital di salah satu penerbitan nasional

Kaesang Pangarep Gabung PSI, Kiprah Dinasti Politik Jokowi Diuji

Diperbarui: 27 September 2023   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaesang Pangarep dideklarasikan jadi Ketua Umum PSI, Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).(KOMPAS.com/Regi Pratasyah Vasudewa)

Jumat, 20 Oktober 2023 akan menandai 4 tahun Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia periode kedua dan sembilan tahun sejak 2014. Kesuksesan Jokowi dalam dua kali Pilpres karena didukung sebagai PDIP sebagai pengusung utama. Sabtu, 23 September 2023, anak bungsu dan putra kedua Jokowi, Kaesang Pangarep dengan senyum mengembang menerima kartu keanggotaan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dari Giring Ganesha, Ketua Umum PSI.

Kedua peristiwa ini menandai dinamika politik domestik menjelang Pilpres 2024. Banyak kalangan yang bertanya-tanya, mengapa Jokowi membiarkan putranya memiliki pilihan politik yang berbeda? Lalu mengapa PDIP tidak memberikan sanksi kepada keluarga Jokowi sebagai dampak bergabungnya Kaesang ke PSI?

PSI yang dibentuk sejak November 2014 itu merupakan partai nonparlemen karena tidak memiliki perwakilan di DPR pusat karena tidak memnuhi ambang batas parlemen saat berlaga pada Pemilu 2019. Partai yang ditengarai memiliki relasi dengan lembaga think thank ini cuma memiliki 13 anggota DPRD di tingkat provinsi dan 60 anggota DPRD di tingkat kabupaten/kota. 

Mengapa Jokowi merestui Kaesang bergabung dengan parpol selain PDIP? Padahal Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution masing-masing sukses di Pilwakot Solo dan Medan setelah masuk menjadi "anggota istimewa" PDIP dan berkat dukungan utama Partai Banteng? Dan hei, bukankah Jokowi terpilih dua kali menjadi presiden karena statusnya sebagai "petugas partai", direstui Megawati dan didukung PDIP? Apa yang sebenarnya terjadi antara Jokowi, Megawati, dan PDIP? 

Pada 20 Oktober 2024 Jokowi akan mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden RI, Hari-hari berikutnya Jokowi akan menjadi warga negara biasa. Jokowi sebagai warga negara biasa dan "petugas partai" akan menghadapi dua realitis politik sesungguhnya, Pertama, dia bukan pemilik partai atau petinggi partai besar yang saran-sarannya didengar oleh presiden terpilih di Pilpres 2024.

Realitas politik kedua, Jokowi tak bisa menjadi bagian dari Dinasti Politik Soekarno karena bukan keturunan biologis Bung Karno. Dinasti Soekarno adalah dinasti politik pertama dan tersukses di Indonesia. Soekarno menjadi pendiri Dinasti Politik pertama di Indonesia karena dia pendiri (founding father) republik ini dan presiden pertama.

Dinasti Soekarno juga dinasti politik yang sukses karena keluarga atau trah Soekarno sukses mengantarkan ayah dan putrinya, yakni Soekarno sebagai presiden RI yang pertama dan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden RI yang ke-5 (2001-2004) dan satu-satunya presiden wanita hingga saat ini.

Ambisi Megawati terpilih kembali sebagai Presiden pada 2004 gagal karena dua hal. Pertama perubahan pemilihan presiden dari voting melalui Sidang Umum MPR menjadi pemilihan langsung oleh rakyat. Kedua, karena menghadapi Susilo Bambang Yudhoyono, capres perwira tinggi TNI yang dianggap pemilih perempuan sosok yang tampan dan bertubuh tegap/tinggi. Upaya Megawati berikutnya di pilpres juga tak berhasil karena menghadapi petahana dan lawan yang sama.  

Setelah gagal di dua pemilu, Megawati beralih peran sebagai king maker dengan mendukung kandidat populer dari partainya sendiri, Jokowi pada Pilpres 2014. Pengalaman Jokowi dua kali menjabat walikoto Solo dan sekali sebagai gubernur DKI Jakarta menjadi modal yang cukup untuk bertarung di tingkat nasional.

Pilihan Megawati dan PDIP pada Jokowi terbukti sangat baik karena dua kali terpilih dan mengalahkan lawan yang sama, Prabowo Subianto, perwira tinggi militer seniornya SBY di Akademi Militer Magelang. Andaikan Megawati memaksakan kehendaknya melawan Prabowo di Pilpres 2014, boleh jadi PDIP puasa kekuasaan selama 20 tahun.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline