Lihat ke Halaman Asli

hotdiana nababan nababan

Seorang guru yang ingin berbagi

Siap-siap, Ini yang Harus Bapak Ibu Guru Lakukan saat Pertama Masuk Sekolah

Diperbarui: 8 Juli 2021   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi covid 19 telah mengubah dunia pendidikan Indonesia. Beragamnya kondisi sosial ekonomi, akses teknologi dan daerah sebaran covid-19 telah menyebabkan proses belajar siswa menjadi sangat berbeda antara daerah yang mudah diakses dan sulit diakses.

Dampak penutupan sekolah berdampak pada ketidaktercapaian belajar,  kemampuan siswa menurun dan ketimpangan pengetahuan yang semakin melebar antara yang dapat belajar dan tidak belajar. Dampak bagi siswa yaitu perkembangan emosi dan kesehatan psikologis nya terganggu, rentan putus sekolah dan  berdampak pada pendapatan siswa di kemudian hari.

Selama masa pandemi ini sangat penting bagi sekolah untuk melakukan asesmen. Kepala sekolah bertanggung jawab memastikan bahwa semua asesmen diagnosis dilakukan secara berkala di semua kelas selama pandemi.

Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. 

Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya. Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian Bapak/ Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa.  Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif  dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

Asesmen diagnostik non kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional peserta didik. Asesmen diagnostik non kognitif lebih mengutamakan pada kesejahteraan psikologi dan sosial emosi peserta didik.

Asesmen diagnostik non-kognitif di awal pembelajaran dilakukan untuk menggali  hal-hal berikut: Kesejahteraan psikologis dan sosial emosi sisiwa, Aktivitas siswa selama belajar di rumah, Kondisi keluarga siswa  dan pergaulan siswa, Gaya belajar, karakter, serta minat siswa.

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

Persiapan : siapkan alat bantu berupa gambar yang mewakili emosi, siapkan pertanyaan panduan buat daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa

Pelaksanaan : Meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar  serta menjelaskan aktivitasnya dalam bentuk cerita, tulisan ataupun gambar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline