Lihat ke Halaman Asli

[My Diary] Keseleo Jangan Langsung Diurut

Diperbarui: 13 April 2016   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2016/04/01/my-diarylowres-56fdeafe2f93734605165793.jpg?t=o&v=760"][/caption]10 April 2016 

Dear Diary

Saya tidak jadi berangkat ke Medan lagi  malam ini menuaikan tugas belajar sebagai mahasiswa kembali. Saya harus tetap di rumah menemani Gifty yang masih merintih kesakitan. Sebuah pilihan dan saya harus memilih. Menemani Gifty dan contrengan absen pak dosen harus saya terima.

Kecelakaan kecil terjadi bukan saat ketiadaan saya, tetapi justru saya ada dan di depan mata saya sendiri. Ini membuktikan bahwa seorang mama pun tak sanggup melindungi anak. Hanya penjagaan Tuhanlah dan harus belajar memercayakan hidup dan keselamatan anak di tangan-Nya.

Kelincahan pertumbuhan di usia 2,6 tahun membuat dia tak pernah berhenti duduk diam tenang. Aku duduk di kursi dan dia memanjati tubuhku. Ketika aku akan bangkit, ternyata tangan kanannya tersangkut di bawah kursi. Entah apa yang terjadi, dia menangis dan berseru ‘sakit’, ‘sakit’. Ada juga satu atau dua menit dia menangis. Langsung kubalur dengan minyak karo tangannya, menenangkan dan menidurkannya.

Pikirku tak masalah dan akan sembuh saat dia terbangun. Eh, malah tangannya tak bisa diangkatnya. Dengan panik, langsung kupaksa ayahnya membawa kami mencari tukang urut. Kami pergi ke Aek Paing, tempat langganan biasanya. Nenek itu sakit dan tak bisa. Lalu, kami mencoba bertanya beberapa teman di mana lagi tempat tukang urut. Tak mudah karena kami berdua harus mempertimbangkan tukang urut harus bebas dengan klenik. Kami hanya percaya kepada tukang  urut hanya karena dia belajar dan pengalamannya belajar teknik arah urat dan otot bukan kepada tukang urut yang kepintarannya datang dari ‘roh’ yang merasukinya setelah ia melakukan ritual pemujaan terlebih dahulu sebelum ‘memegang’ pasien dan biasanya aroma kemenyan akan tersebar di sekitar tempatnya praktek.

Akhirnya, kami pergi ke Jalan Basket masuk dalam lagi. Rumahnya tak bisa diraih sepeda motor. Artinya motor harus kami titip dan berjalan sekitar 2 kilometer dengan arena jalan yang rawan longsor. Pikirku, masih ada jalan seperti ini di tengah kota. Sisi kanan dan kiri bertembok, tetapi karena keluarga tukang urut ini belum mmepunyai dana untuk ‘mengeraskan’ akses ke rumah mereka, sehingga tanah itu habis digerus hujan dan longsor. Aku menjadi ragu, mengapa ‘rawan’ jalan ke rumah nenek itu. Tapi karena tukang urut ini hasil rekomendasi keluarga, pergi jugalah kami ke sana.

Gifty menangis kencang saat diurut. Tak tega mendengarnya. Kami pulang ke rumah dengan harapan besok pagi dia sudah sembuh. Ketika selesai menidurkannya, aku mulai googling. Ternyata terkilir tak boleh diurut. Langsung aku tersirap dan merasa bersalah. Aku pikir justru tak boleh dilama-lamakan dan harus segera diurut. Ternyata dari semua laman yang saya buka, menyarankan menerapkan metode RICE sebagai pertolongan pertama bila ada cedera keseleo atau terkilir.

Rest, istirahatkan. Bagian yang cedera harus diistirahatkan. Tidak boleh diberi beban apalagi diurut. Ice, kompres dengan air es. Otot terkoyak dan pembuluh darah ikut terbuka saat terjadisprain. Jadi harus dibekukan terlebih dahulu dengan kompresan air es yang dilapisi kain tipis. Dikompres selama 5-10 menit selama empat jam sekali. Compress, tekan. Bagian yang terluka dibebat untuk memberi tekanan terhadap urat yang bengkak tadi. Tidak boleh terlalu kencang yang menghambat peredaran darah dan harus memberi sirkulasi udara pada bagian yang dibebat tadi. Elevation, tinggikan. Bagian yang terkilir harus lebih ditinggikan posisinya, lebih tingi dari jantung. Baru setelah 48 jam lebih baru boleh melakukan tindakan lanjut terhadap bagian yang luka, semisal diurut atau dibalur ramuan beras kencur.

Ah, cerobohnya saya. Akhirnya saya mengulangi dan menerapkannya. Semoga minggu ini sudah sembuh dan saya saya bisa kuliah lagi.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline