Lihat ke Halaman Asli

Air Mata Mama Membangkitkan Aku dari Keterpurukan Mental

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah tamat dari sekolah SMA di Nagari Cupak Kabupaten Solok Sumatera Barat tempat tanah kelahiranku, saya meminta kepada orang tua untuk pergi merantau ke pulau jawa sebagaimana kebiasaan orang Minang pada umumnya, setelah tamat sekolah mereka pergi merantau untuk mencari pengalaman dan bekal hidup di rantau orang, karena saya benar-benar sudah merasa jenuh dan suntuk berada di kampungku, saya ingin bekerja atau berdagang di rantau orang sambil mencari pengalaman dengan suasana yang baru dan lingkungan yang baru, namun orang tua saya tidak mengijinkan, karena menurut mereka saya harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dulu, akhirnya saya mengikuti keinginan orang tua walau dengan berat hati,

Dan agar dapat lulus di universitas negeri saya mengikuti bimbingan belajar di kota Padang selama beberapa bulan, namun ternyata setelah ikut UMPTN (Ujian Masuk Pertguruan Tinggi Negeri) Allah belum memberikan izin kepada saya untuk kuliah di perguruan tinggi negeri, setelah itu saya mencoba ikut tes di Politeknik Universitas Andalas, namun masih gagal juga, akhirnya ada sebuah sekolah tinggi teknik yang tidak ternama di kota padang memberikan undangan untuk mengikuti kuliah tanpa tes, biasanya mereka menyaring data calon mahasiswa dari perguruan tinggi atau politeknik negeri tempat saya tes sebelumnya, namun setelah saya mendatangi lokasi kampus sekolah tinggi tersebut, hatiku tidak sreg karena lokasi kampusnya di pinggir jalan raya, dan posisinya pas didepan lapangan terbang (Bandara Kota Padang yang lama) Tabing Padang dan kampusnya juga hanya berupa ruko tiga lantai, saya membayangkan suasana kuliah yang tidak nyaman karena bising kendaraan dan suara pesawat terbang yang landing dan take off di bandara, saya belum berani memutuskan untuk kuliah disana, tiba-tiba ada lagi undangan kuliah tanpa tes dari sebuah politeknik swasta yang katanya dibawah binaan politeknik ITB dari kota Bandung, saya bersorak kegirangan dalam hati pucuk dicinta ulam pun tiba, saya punya keinginan untuk merantau ke pulau Jawa apalagi ini dari kota Bandung ‘Paris Van Java’ kata saya dalam hati, saya tidak peduli politekniknya tidak berkualitas atau kampusnya tidak nyaman dan tidak favorit yang penting saya bisa merantau meningalkan tanah kelahiranku Sumatera Barat.

Setelah mempersiapkan segala sesuatu saya berangkat ke kota Bandung bersama dengan Papi ( panggilanku kepada bapak), alhasil saya menetap di kota Bandung dan mulai hidup sendiri mengadu nasib sambil belajar di kota Bandung, saya menjalani hari-hari yang baru di tempat baru dan suasana baru, hiruk pikuk dan warna-warni kota Bandung.

Singkat cerita setelah beberapa bulan kuliah suatu ketika saya mengalami kecelakaan ditabrak sebuah mobil angkot berkecepatan tinggi saat saya sedang menyeberang jalan di suatu senja sebelum magrib sepulang kuliah, persis di tengah jembatan di depan RS Al Islam tidak jauh dari kampus dan juga kontrakan dari tempat saya tinggal di samping makro Parakan Saat, saya sama sekali tidak ingat kejadiannya, yang saya ingat hanya sampai di pinggir jalan sebelum menyeberang, ceritanya sepulang kuliah saya berjalan dengan hati riang gembira karena siangnya saya menerima sepucuk surat dari mantan pacarku di kampung, menurut cerita saksi mata pada saat saya menyeberang pulpen saya terjatuh di tengah jalan dan saya berusaha mengambilnya pada saat itu ada sebuah angkot berkecepatan tinggi menabrakku, mungkin supir angkot tidak melihatku karena hari sudah mulai agak gelap, pada saat berdiri dari mengambil pulpen bagian depan mobil angkot tersebut langsung menghantam kepala saya dari samping, sampai saya terpelanting sejauh beberapa meter dan langsung tidak sadarkan diri, dan kata saksi mata yang melihat kejadiannya, wah sudah pasti meninggal itu, karena saking kerasnya hantaman dari mobil angkot tersebut, dan kondisi mobil angkot tersebut seperti habis bertabrakan sesama mobil, kaca depannya pecah dan dinding angkot dibawah kaca riben mobil angkot juga kondisinya penyok-penyok, dan para penumpang didalam angkot juga luka-luka, dan sama supir angkot saya langsung dilarikan ke dalam rumah sakit karena kebetulan kejadiannya persis di depan Rumah Sakit Al islam.

Saya pingsan cukup lama kata teman yang menunggu saya, mereka mendengar ada yang kecelakaan yang kebetulan dekat dari kos-kosan saya, mereka berhamburan menuju lokasi dan ternyata adalah teman kos mereka sendiri, pada saat siuman dari pingsan, saya merasa heran saya sedang berada dimana, karena kondisi sekeliling ruangan rumah sakitnya  kan putih semua, saya bertanya saya ada dimana, apa saya sudah meninggal, kata teman saya menjawab kamu sedang di rumah sakit tadi kamu ditabrak angkot, lalu mereka menceritakan kejadiannya, saya sangat bersyukur ternyata Allah masih mengijinkanku untuk hidup di dunia ini lebih lama untuk menebus dosa-dosaku yang terlalu banyak, A;hmadulillah saya tidak mengalami cedera yang parah, walau dengan kondisi kecelakaan yang sedemikian hebat sampai angkotnya juga hancur depannya, tapi Alhamdulillah saya tidak apa-apa hanya luka-luka gores sedikit di tanga, disiku karena bekas menghantam dinding angkot, kepala saya juga luka ringan terkena pecahan kaca mobil, ada beberapa tempat yang dijahit walaupun tidak parah, tidak ada luka yang serius, tapi saya tidak tahu apa sebelum saya pingsan saya sempat muntah atau tidak, dan sampai saat ini pun saya tidak pernah menerima hasil rongsen kepala saya, waktu itu saya pernah minta ke dokternya tapi gak dikasih, (saya tidak tau kondisi saya yang sesungguhnya, karena lama setelah kejadian tersebut saya merasa mulai banyak lupa dengan memori saya yang sudah berlalu dan  sama memori yang tidak memiliki kesan khusus, yang saya ingat yang hanya memiliki kenangan tersendiri dan special, kalau momen-momen yang biasa saja saya sudah tidak ingat lagi), beberapa hari dirawat di RS saya dipaksa untuk pulang lebih cepat karena sopir angkotnya tidak sanggup lagi untuk membiayai biaya Rumah Sakit Al Islam yang terbilang cukup mahal. setelah keluar dari rumah sakit saya diberi santunan dari kampus dan sebagiannya saya berikan sama supir angkotnya karena telah mau menanggung biaya rumah sakit dan dia juga harus menanggung kerusakan mobil majikannya, saya berterima kasih karena dia sudah mau bertanggungjawab tidak meninggalkan saya begitu saja tergeletak tidak sadarkan diri di tengah jalan.

Setelah itu saya terpaksa tidak mengikuti kuliah satu bulan karena kondisi yang belum benar-benar pulih, terutama bagian kepala yang terkena hantaman kaca depan angkot sehingga agak sering pusing, dan juga sambil mengeringkan beberapa jahitan di alis, kepala bagian kepala samping kiri di atas telinga kiri dan luka jahitan di belakang telinga kiri, dan saya juga sangat berterima kasih kepada ibu kos saya yang walaupun sudah tua (Nenek-nenek) mau merawat saya selama sakit bekas tabrakan tersebut.

Dan pada waktu itu saya juga masih agak trauma untuk menyeberang, karena untuk pergi ke kampus harus menyeberang jalan raya By Pass Soekarno Hatta yang terbilang cukup ramai dan mobil selalu melarikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, karena pada waktu itu belum sepadat sekarang jadi belum terlalu macet, sehinga kendaraan bebas memacu kecepatannya, sehinga setelah pulih pun untuk beberapa lama saya kalau mau menyeberang menunggu mobil sampai benar-benar kosong, kalau tidak ada orang lain yang bisa diminta menemani saya menyeberang.

Karena saya tidak mengikuti perkuliahan full satu bulan, sehingga saya banyak ketinggalan pelajaran, dan pada saaat ujian banyak nilai mata kuliah yang kurang bagus, pada saat waktu UMPTN tiba saya ikut lagi tes di kota Bandung, saya bicara ke orang tua mau pindah kuliah saja kekampus swasta yang lain kalau saya tidak diterima di kampus negeri, di samping saya tidak ada minat dan bakat di teknik, dan juga akibat tabrakan serta lama tidak kuliah nilai saya pada minus, dari pada mengulang kuliah lagi lebih baik saya pindah saja ke kampus lain yang saya sukai, ikut UMPTN ternyata tidak lulus juga karena memang tidak ada persiapan khusus untuk itu, saya ikut juga tes Politeknik ITB, tidak lulus juga, setelah itu saya ikut D3 PAAP UNPAD (Kuliah Ekstension di UNPAD), dan ternyata belum berhasil juga.

Pada saat saya tes UMPTN di kampus IKIP Bandung, saya bertemu dengan teman SMA dari kampung yang ternyata dia juga pergi ke Bandung menyusul kakak perempuannya, dan kami bersama-sama mencoba mencari alternative tempat kuliah di kampus-kampus swasta yang masih tersisa setelah ujian di kampus-kampus negeri atau kampus yang dibawah naungan pemerintah pada waktu itu seperti STT Telkom, STT Tekstil dll, akhirnya kami berdua ikut tes dan diterima di sebuah Perguruan Tinggi Swasta yang cukup Berkelas pada waktu itu. Akhirnya bersama teman itulah saya mengarungi suka dan duka di kampus yang baru.

Saya akui pertimbangan saya waktu itu memutuskan untuk akhirnya mengambil kuliah di kampus tersebut bukan atas pertimbangan akademis dan kecocokan jurusan program studi dengan keinginan saya, waktu itu saya dan teman ngobrol, sudah kita kuliah disini saja, kampusnya luas, suasananya segar danbanyak pohonnya dan ceweknya cantik-cantik serta kebetulan banyak juga orang Padang yang kuliah di sini kata saya, karena dikampus saya sebelumnya semua kondisinya bertolak belakang dengan kampus saya yang baru ini, memang sebenarnya pengambilan keputusan yang sangat naïf tapi itulah keputusan seorang anak remaja dari kampung yang masih mengikuti gejolak jiwa remaja belum berfikir jauh kedepan, bahkan memilih jurusan juga bukan karena saya tertarik dengan jurusan tersebut, saya dan teman melihat jurusan apa yang favorit dikampus itu, lalu kami memilih jurusan tersebut, teman saya memilih Jurusan Manajemen Perbankan dan saya memilih Jurusan Manajemen Keuangan, sama-sama dibawah naungan fakultas Manajemen Keuangan. Dan ini sebenarnya bukan cara pengambilan keputusan yang baik, yang bisa jadi akan menjadi penyesalan nantinya dikemudian hari, karena akan berakibat dalam menjalani kuliah juga tidak maksimal, jadi jangan contoh pengambilan keputusan ala anak kampung seperti saya.

Singkat cerita saya menjalani hari-hari kuliah saya di kampus yang baru dengan berbagai macam aktivitas kuliah dan seabrek aktivitas ekstra kurikuler yang saya ikuti mulai dari sanggar seni, beladiri, himpunan mahasiswa jurusan, Senat mahasiswa fakultas, dan organisasi kerukunan mahasiswa minang, di tambah lagi pada waktu itu saat gencar-gencarnya awal demo penggulingan pemerintahan Presiden Soeharto, sehingga kami sering berangkat demo ke gedung sate atau didepan kampus sendiri,  sering terjadi bentrokan dengan aparat, yang membuat hari-hari saya sangat padat karena sangat banyak sekali organisasi dan kegiatan yang saya geluti waktu itu, namun dengan berbagai macam usaha dan upaya, akhirnya saya bisa menyelesaikan seluruh mata kuliah kurang dari 4 tahun, dan mulai menginjak kepada penyusunan tugas akhir atau skripsi, disinilah mulai bermunculan masalah-masalah baru yang pada akhirnya membuat saya down dan putus asa.

Kebetulan saya mendapat pembimbing, yang istilah mahasiswa waktu itu dosennya killer, dan tidak berpihak sama sekali kepada mahasiswa, yang terkesan mempersulit mahasiswa, dan kalau dosen ini menjadi penguji saat sidang skripsi mahasiswa, banyak mahasiswa yang bertumbangan tidak lulus sidang skripsi, dan saya sebagai mahasiswa yang bimbingan langsung dengan dosen tersebut, pun mengalami perlakuan yang sama, dimulai dari saat mengajukan usulan penelitian skripsi, topik penelitian saya diganti berkali-kali, setelah topik disetujui judul yang saya ajukan diganti berkali-kali, bahkan tempat penelitian pun sampai diganti berkali-kali, yang semua itu memerlukan waktu dan tenaga serta pemikiran yang tidak sedikit, akhirnya skripsi saya jalan ditempat, setelah sekian lama mentok terus gak maju-maju, akhirnya membuat saya hampir putus asa dan juga stress, saya akhirnya lebih banyak melamun dan jiwa terguncang tidak karuan, saya terjebak dalam angan-angan kosong tentang wisuda, saya seperti orang tidak waras saking stresnya karena memikirkan beban tanggung jawab mental secara pribadi dan tuntutan dari keluarga untuk segera menyelesaikan kuliah, dan semua itu tidak bisa saya penuhi hanya sebatas mimpi-mimpi saja.

Akhirnya sebagai pelarian untuk menghilangkan rasa putus asa dan beban batin yang tak berkesudahan, saya mencoba melamar kerja di sebuah supermarket menjadi sekuriti dengan menggunakan ijazah SMA saya dan beberapa sertifikat beladiri dan sertifikat Latsarmil (Latihan Dasar Militer), karena saya pernah mengikuti pendidikan dasar keemiliteran selama satu bulan pada waktu saya kuliah di politeknik. Dan Alhamdulilah dari sekian ratus pelamar saya diterima bersama 3 orang teman lainnya, namun hanya dalam beberapa bulan bekerja saya memutuskan untuk mengundurkan diri, karena kondisi di tempat pekerjaan berbenturan dengan idealisme saya pada waktu itu, akhirnya saya menganggur lagi dan otomatis teringat lagi dengan tanggung jawab saya untuk menyelesaikan skripsi sehingga saya kembali menjadi tertekan dan stress, karena semuanya saya tampung di dalam pikiran dan perasaan saya, sampai ada seorang sahabat saya dan kebetulan beberapa tahun di atas saya umurnya, melihat saya sangat tertekan dan sering melamun, mengatakan, “Bang hidup ini bukan untuk difikirkan tapi untuk dijalani”, saya sedikit tersentak mendengar omongan teman saya tadi, saya berupaya mengikuti nasehat teman saya tersebut, saya coba lagi mengerjakan skripsi, namun masih mentok juga.

Akhirnya saya meninggalkan skripsi saya selama dua tahun, awalnya saya berdagang kaki lima dari pabrik ke pabrik, dari pasar ke pasar dengan mengambil barang dagangan dari teman dan kenalan-kenalan saya, cuma kurang maksimal hasilnya, akhirnya saya ikut berdagang keliling bebagai produk asesoris ke berbagai kota di pulau Jawa bersama teman kakak saya dari Jakarta, dia bergerak dalam bidang percetakan dan reklame di pasar Proyek Senen Jakarta, jadi kalau ada sebuah event dimanapun yang bisa ditempuh maka dia membuat asesoris dan replica dari pernak-pernik asli event tersebut, seperti gantungan kunci, jepit dasi, sticker, pin, pulpen yang di kasih merk event tersebut dan lain sebagainya, seperti kalau ada event produk CNI maka dia membuat replica asesoris asli dari produk CNI, ada acara jambore pramuka seperti pada waktu itu Jambore Nasional Pramuka di daerah Batu Raden Purwokerto pada waktu pemerintahan PresidenGusdur dan Wakil Presiden Ibu Megawati, maka dibuatlah pernak pernik yang berhubungan dengan pramuka, sehinga kami berdagang dari ujung barat pulau jawa sampai ke ujung timur pulau jawa lagi, mengikuti berbagai macam event, bahkan kami sampai berdagang ke kota Makassar ibu kota Sulawesi Selatan, karena kebetulan ada event dari MLM CNI di kota Makasar, dan memang daya beli masyarakat kota Makasar pada waktu itu terhadap produk-produk dari jawa sangat antusias sekali, makanya kami memaksakan diri berangkat ke kota Makassar, dengan harapan akan menangguk keuntungan yang besar dan berlipat-lipat, hanya pada waktu berdagang di sana kami mengalami kendala, kami dituduh pedagang illegal oleh panitia (padahal memang pedagang illegal hehe) dan dilaporkan kepada pihak yang berwajib (Intel Polisi) yang menjaga keberlangsungan acara tersebut, yang kebetulan diselenggarakan disebuah hotel besar di kota Makassar, dan kami disuruh secara paksa oleh petugas intel untuk menutup barang dagangan kami yang sedang laku keras, sehingga pada waktu itu hanya dapat buat ongkos pulang pergi dan akomodasi selama disana,  naas deh.

Pada waktu di Sulawesi inilah saya mendapat telepon dari adik saya bahwa mama (Ibu Saya) menangis terus memikirkan saya tidak beres-beres juga kuliahnya, padahal sudah mengeluarkan biaya puluhan juta dan waktu bertahun-tahun, sayang kalau sampai tidak di selesaikan dan ditinggalkan begitu saja, namun mama tidak berani bicara langsung kepada saya karena takut menyinggung perasaan saya yang sedang labil dan putus asa jadi kadang suka meledak-ledak emosinya, cuma setiap kali menelpon adik saya, beliau selalu menangis, karena tergugah dengan tangisan mama, akhirnya bangkit lagi semangat dan kesadaran saya untuk berjuang habis-habisan menyelesaikan kuliah saya yang tinggal selangkah lagi. saya merasa telah mengecewakan keluarga, mengecewakan orang tua, bukannya malah menyenangkan dan membahagiakan kedua orang tua saya dengan prestasi saya, malah saya membuat mama terus menerus menangis memikirkan diri saya yang tidak kunjung beres kuliahnya sehingga mama sering sakit-sakitan.

Setelah kembali dari kota Makasar, akhirnya saya memutuskan untuk kembali focus menyelesaikan skripsi saya, yang sebelumnya selama dua tahun sudah saya tinggalkan dan saya sudah pindah tinggal jauh dari kampus, dan agar bisa focus dan maksimal mengerjakan skripisi, akhirnya saya kos lagi di dekat kampus agar bisa setiap saat ke kampus, khususnya untuk bimbingan dan ke perpustakaan untuk mencari referensi skripsi dan buku penunjang skripsi, karena waktu itu internet di Indonesia belum familiar, siang malam saya mengerjakan skripsi saya, dari pagi sampai siang saya di perpustakaan, dari siang sampai malam saya mengetik di rental computer, karena lap top belum ada waktu itu, setelah beres langsung dibawa bimbingan ke dosen pembimbing, kalau ada revisi dan perbaikan segera dikerjakan lagi, mengambil data ketempat penelitian dan seterusnya, saya berjuang habis-habisan gak kenal waktu.

Dan Alhamdulilah skripsi yang saya tinggalkan selama dua tahun tidak tahu rimbanya, yangmebuat saya stress dan putus asa, hanya dalam waktu satu bulan saja akhirnya saya berhasil lulus sidang sarjana yang selama ini saya impi-impikan dan saya rindukan, perjuangan yang panjang dan menyakitkan, akhirnya dapat juga saya selesaikan, betapa bahagianya hati saya, terutama kedua orang tua saya, dan mereka karena saking bahagianya, berusaha mati-matian walau sedang dalam kondisi minim dan serba kekurangan, berangkat dari kampung saya di kabupaten Solok Sumatera Barat ke kota Bandung untuk menghadiri acara wisuda sarjana saya. Saya sangat bahagia bisa memberikan kebahagian kepada kedua orang tua saya dan keluarga saya.

Demikianlah sekelumit kisah perjuangan saya menamatkan kuliah yang terseok-seok dan membuat saya putus asa dan stress, akhirnya karena tersentuh oleh tangis dan air mata kepedihan dan kesedihan mama, yang selalu memikirkan diri saya yang tidak kunjung bisa menyelesaikan kuliah, membuat saya tergugah dan bangkit kembali memperjuangkan nasib saya, yang sepertinya pada waktu itu, saya sudah sampai pada titik nadir untuk menyerah kalah, tidak akan melanjutkan lagi skripsi saya. Terima kasih mamaku tersayang semoga cinta kasih Tuhan Senantiasa menyertaimu, Aamiin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline