Lihat ke Halaman Asli

Hosiyah Apriyanti

Hosiyah Apriyanti

Pemanfaatan Lahan Sempit oleh Warga Brenjonk Guna untuk Penanaman Organik

Diperbarui: 13 Maret 2021   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Komunitas Organik Brenjonk adalah komunitas petani organik yang berada di Lereng Gunung Penanggungan tepatnya di Desa Penanggungan Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Brenjonk mengembangkan inisiatif dan mempromosikan hidup sehat berkelanjutan dengan produk organik. 

Komunitas Organik Brenjonk memiliki program untuk melakukan penguatan basis ekonomi di pedesaan, menyadarkan masyarakat terhadap budaya pola konsumsi yang sehat dan aman, menerapkan sistem pertanian organik berbasis komunitas serta melakukan promosi dan pemasaran produk organik.

Sebagai organisasi, kegiatan utama Brenjonk ialah membuat dan sosialisasi gerakan pertanian dengan sistem organik, yaitu budidaya pertanian yang dilakukan secara ekologis, seperti menggunakan pupuk dan pestisida alami, mengedepankan keragaman (biodiversity) dan menjamin keberlanjutan (sustainability), dan lain-lain.

Salah satu dorongan pemerintah dalam pemanfaatan pekarangan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangannya adalah Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Program ini ditujukan untuk mendorong para keluarga di daerah pedesaan yang memiliki banyak lahan kosong untuk memanfaatkannya menjadi lebih produktif. Pertanian organik dilakukan langsung di lahan terbuka (sawah, lahan kering, pemukiman dan halaman rumah) ataupun dengan cara membuat Rumah Sayur Organik (RSO) skala keluarga.

Kampung di lereng Gunung Penanggungan ini terdapat banyak pohon – pohon durian dan rambutan berhiaskan buah yang siap panen, tumbuh di setiap pekarangan dan kebun penduduknya. Tak satupun pekarangan rumah warga dibiarkan kosong. Selain di tanami pohon durian dan rambutan, rumah sayur organic (RSO) berdiri di samping rumah penduduk.

Rumah Sayur Organik (RSO) merupakan tenda dengan atap plastik ultraviolet dan jaring sebagai dinding penutup. Rumah tanam ini merupakan salah satu media bagi penduduk untuk menanam sayur secara organic. Mulai dari tomat, labu siam, terong, cabai, buncis, kacang Panjang, sawi, kangkong, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, mentimun hingga gingseng.

 

Beberapa sayuran tersebut ditanam warga secara organic, tidak sedikitpun menggunakan bahan kimia untuk menanam. Untuk pupuk, dekomposer dan pestisida penduduk memilih menggunkan bahan alami.

“Untuk pupuk warga di Brenjonk menggunakan pupuk kompos dan pupuk kandang yang dibuat sendiri oleh penduduk. Untuk dekomposer menggunakan 1-2 rumen kambing (kotoran dalam lambung), 4 ons terasi (dicairkan), 2 kg gula merah (dicairkan) 10 liter air, dan difermentasikan selama 7-21 hari. Sedangkan pestisida menggunakan 1 kg daun (pepaya, sirsak, mindi, suren, gamal, mimba, pahitan) yang ditumbuk di peras airnya, dengan 1 sendok teh sabun colek dan 5 liter air, untuk mengusir hama,” kata Hari Samoro, selaku inspector internal di komunitas organik Brenjonk.

“Pada penanaman sayuran yang berupa sayur bayam, bahan untuk penanaman penduduk hanya membutuhkan : kompos, pasir dan tanah sedikit untuk mencampurkan benih bayam. Komposisi tanah yang digunakan menggunakan perbandingan 5 kompos 1 pasir 1 tanah yaitu 5:1:1. Sehingga dapat disimpulkan semakin banyak kompos semakin baik dalam penanaman,” terang Saptono selaku penasihat komunitas organik brenjonk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline