Lihat ke Halaman Asli

Hosea Sabat Kurniawan

Educational Technology Specialist

Melatih Kepekaan Guru Pada tahap "Industry vs Inferiority"

Diperbarui: 26 November 2021   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Free Photo | Group of kids studying at school (freepik.com) 

Ketika kita diperhadapkan dengan topik teori perkembangan psikososial kita akan menemukan nama yang mempunyai andil dan berkontribusi dalam teori tersebut, ia adalah seorang yang bernama Erik H.Erikson.  Ia mengatakan bahwa istilah "psikososial" dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis. Dalam teorinya Erikson membagi 8 tahapan teori perkembangan psikososial. Salah satu yang menarik dan menjadi perhatian sehingga menjadi fokus saya adalah pada tahap yang ke empat yaitu Industry vs Inferiority (Ketekunan vs rasa rendah diri).

Pada tahap ini anak memperoleh berbagai pengalaman akademik yang dikembangkan oleh sekolah, karena pada masa ini anak mulai memasuki dunia nyata. Tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap peralihan dari masa pertengahan ke akhir anak-anak. Anak mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan ketrampilan secara intelektual. Penting sekali untuk kita sebagai seorang guru atau pendidik menyadari dan peka akan kebutuhan anak pada tahap ini. Karena pada tahap ini dijelaskan bahwa anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Disini peran guru sebagai motivator, perlu terus memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang murid dapatkan. Hal ini akan membantu anak untuk membangun perasaan bahwa mereka kompeten dan memiliki keperacayaan diri dengan ketrampilan yang dimiliknya. Hal sebaliknya jika anak yang menerima sedikit atau bahkan tidak sama sekali mendapatkan dukungan akan merasa ragu dengan kemampuannya untuk berhasil dan mencoba hal baru dikemudian hari. Perasaan yang akan timbul adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak prouktif. Erikson meyakini bahwa guru memilii peran dan tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak.

Hal yang nyata yang bisa dilakukan di dalam kelas berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami adalah, membagi setiap anak di dalam kelas untuk mendapat tanggung jawab. Membaginya sebagai PIC (person in charge) berdasarkan job desk kebutuhan di kelas, contoh ketua kelas, wakil ketua kelas, Bendahara, Sekretaris , Sie Keamanan, Sie Kebersihan, Sie Doa, dll. Dengan memberikan tanggung jawab seperti ini di dalam kelas tentunya akan sangat menolong mereka merasa dilibatkan dan dihargai sebagai salah satu bagian yang signifikan dan penting di dalam kelas. Selain itu, dalam pembelajaran kita juga perlu memberikan apresiasi dan konfirmasi untuk setiap jawaban yang anak ungkapkan Ketika menjawab pertanyaan di dalam kelas. Tidak bersifat menghakimi namun meluruskan hal yang mungkin tidak pas untuk setiap jawaban dari siswa. Dengan cara tersebut siswa tidak merasa malu dan rendah diri Ketika harus menerima kenyataan bahwa pendapat atau jawaban yang mereka utarakan itu kurang tepat. Demikan beberapa contoh yang bisa kita lakukan sebagai seperang guru untuk dapat peka dalam memenuhi kebutuhan anak pada tahap Industry Vs Inferiority.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline