Kabupaten Karanganyar terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dikenal dengan keindahan alam serta berbagai objek wisata. Salah satu kecamatan yang menonjol di Karanganyar adalah Ngargoyoso. Kecamatan ini berada di lereng barat Gunung Lawu, yang memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang memukau. Ngargoyoso terdiri dari sembilan desa, yaitu Puntukrejo, Berjo, Girimulyo, Segorogunung, Kemuning, Ngargoyoso, Jatirejo, Nglegok, dan Dukuh. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Karangpandan di sebelah barat, Kecamatan Tawangmangu di sebelah selatan, Kabupaten Magetan di sebelah timur, dan Kecamatan Jenawi di sebelah utara. Ngargoyoso juga terdapat banyak argowisata yang menjadikannya destinasi wisata favorit bagi Masyarakat perkotaan di sekitarnya seperti Surakarta dan Sragen.
Ngargoyoso memiliki banyak potensi wisata, salah satunya Perkebunan teh kemuning. Perkebunan teh kemuning belakangan ini wisata favorit, karena memiliki pemandangan hijau yang asri dan sangat luas, sehingga dapat menarik hati wisatawan. Namun keindahan kebun teh kemuning semakin hari malah mengundang potensi kerusakan lingkungan besar.
Sejak dulu, kebun teh Kemuning merupakan salah satu sumber penghasilan warga. Menurut informasi dari laman puromangkunegaran.com, perkebunan Kemuning awalnya adalah wilayah kekuasaan Mangkunegaran sebelum dikuasai oleh PT Rumpun Sari Kemuning. Dahulu daerah ini dikelola sebagai perkebunan kopi, namun karena keterbatasan dana dan sewa tanah belum habis jangka waktunya maka sebagian disewa oleh Belanda dan ditanami teh seluas 444 ha.
Seiring berjalannya waktu, terdapat banyak alih fungsi lahan Perkebunan teh kemuning menjadi objek wisata. Alih fungsi lahan tersebut semakin menjadi ketika muncul wisata-wisata baru yang semakin menjamur. Eksploitasi lahan ini disebut sudah parah dan bisa mengakibatkan Perkebunan tej kemuning akan hilang. Warga lereng gunung Lawu juga sudah melakukan aksi demonstrasi untuk melindungi Perkebunan teh dari kerusakan lingkungan. Menurut Galang Hermawan, salah satu warga Kemuning yang mengikuti aksi demo di lokasi perkebunan teh pada Jumat (15/3/2024) mengatakan saat ini ratusan hektar lahan kebun teh telah hilang berganti dengan bangunan. Mulai dari Jalan Margo Lawu, lahan parkir, kawasan wisata Jembatan Kaca Kemuning, resto, kafe, dan lainnya.
Eksploitasi lahan yang berlebihan ini disebut sudah menimbulkan dampak negatif, seperti longsor, pencemaran air bersih, dan banjir bandang. Warga juga mengeluhkan air bersih menjadi berwarna coklat seperti kopi. Hal ini menandakan telah terjadi kerusakan alam hasil dari eksploitasi berlebihan. Perkebunan teh kemuning seharusnya menjadi daerah resapan air alami.
Pemkab Karanganyar seharusnya bisa lebih bijaksana dalam mengatasi hal ini, terlebih sudah banyak aksi protes dan dampak kerusakan alam nyata dari aksi eksploitasi ini. perkebunan teh kemuning harus diselamatkan dari kerusakan alam dengan cara menghentikan eksploitasi. Jumlah wisatawan yang terlalu banyak juga dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusakan.
Perkebunan teh kemuning harus dikembalikan kelestariannya untuk generasi kita di masa depan. Sering kali orang beranggapan dengan mendirikan bojek wisata di alam akan membuat pemandangan alam tersebut lebih indah, ini mungkin saja benar jika hanya bangunan kecil saja seperti menara pandang, tetapi jika terlalu banyak bangunan, itu akan membuat keindahan aslinya akan hilang. Orang sering kali berpikir tentang keuntungan pribadi, tapi tidak memikirkan dampak kedepannya.
Objek wisata di alam boleh boleh saja, tetapi jangan sampai menghilangkan keindahan dan fungsi asli dari alam. Jika tidak, maka akan timbul banyak efek negatif, seperti naiknya suhu udara karena banyaknya polusi dari wisatawan. Masalah sampah juga menjadi problematik tersendiri yang dapat memperparah kerusakan alam.
Solusi terbaik dari permasalahan ini adalah menghentikan eksploitasi lahan, dan mengurangi objek wisata yang sudah menjamur. Lahan yang sudah rusak juga harus di perbaiki dan di reboisasi agar mengembalikan fungsi aslinya sebagai kebun teh dan daerah resapan air. Pare pengusaha terkait juga harus diberi pengertian tentang dampak dari eksploitasi lahan yang mereka lakukan. Hal ini sangat penting karena tanpa kesadaran tentang alam, maka manusia akan terus merusak alam untuk keuntungan diri sendiri.
Referensi
Warga Kemuning Kembali Demo Alih Fungsi Lahan, Kali Ini dalam Bentuk Sarasehan - Solopos.com | Panduan Informasi dan Inspirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H