Kabar merger Bank MNC (BABP) dan Bank Nobu (NOBU) milik Lippo Group mengantarkan kedua saham tersebut naik lebih dari 10 persen.
Merger dua bank tersebut cukup mengejutkan karena dua bank konglomerat ini merger untuk memenuhi modal inti sebesar Rp3 triliun. Konglomerat menggabungkan bank demi memenuhi modal inti menjadi pertanyaan yang menarik.
Kabar ini sudah lama berhembus. Namun pemberitaan resmi oleh OJK baru dikonfirmasi hari ini.
Merger ini menarik karena dua grup ini menjadi grup yang masuk list investor retail Indonesia. Mengapa kedua konglomerat ini ingin banknya merger? Mengapa merger keduanya termasuk eksentrik?
Modal Inti dan Sinergi
Sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan, minimum modal inti bank sebesar Rp 3 triliun. Per Agustus 2022, modal inti Bank MNC sebesar Rp2,37 triliun, sedangkan modal inti Bank Nobu hanya Rp1,59 triliun per september 2022. Dari kedua bank tersebut, modal inti Bank MNC lebih mendekati syarat OJK dibanding Bank Nobu.
Memenuhi modal inti seharusnya bukan menjadi masalah bagi kedua bank ini. Meskipun melihat dari segi finansial, kedua grup mungkin memiliki kesulitan masing-masing.
Analis melihat merger ini bukan untuk memenuhi modal inti tetapi untuk menguatkan posisi bank. Kedua bank masing-masing memiliki kelebihan tetapi persaingan perbankan sangat ketat.
Gabungan bank ini kelak akan bersaing dengan Bank Amar (ditopang investree), Bank Neo Commerce (ditopang Akulaku), Bank Oke (ditopang APRO Financial), Bank Maspion (ditopang KVF), Bank J Trust, dan lainnya.
Jika dilihat dari pesaingnya, wajar MNC dan Lippo grup ketar ketir karena mayoritas pesaing bermain di digital bank. Memenuhi modal inti Rp3 triliun saja saat ini tidak menjamin mereka menang bersaing.
Delisting dan Potensi Pasca Merger
Menurut penyampaian Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana, Bank MNC akan bergabung ke Nobu Bank. Total aset Bank MNC sebesar Rp16,98 triliun, sedangkan Bank Nobu sebesar Rp21 trilliun. Aset bank merger mencapai Rp37,98 triliun.