Shoppertainment menjadi topik perbincangan yang hangat di dunia marketing saat ini. Beberapa platform seperti Shopee dan Lazada melakukan strategi shoppertainment. Meskipun Lazada sebagai pelopor di Indonesia, Tiktok Shop menjadi salah satu platform dengan pertumbuhan terbesar di shoppertainment.
Tiktok Shop banyak menggunakan strategi shoppertainment untuk menjajakan produk. Menurut The Information, nilai transaksi bruto (GMV) Tiktok Shop mencapai US$ 4,4 miliar atau Rp 66,7 triliun di 2021. Jumlah tersebut terbilang fantastis mengingat Tiktok Shop dirilis pada april 2021.
Mengapa shoppertainment bisa menjadi sangat sukses?
Shoppertainment
Shoppertainment mengacu pada konsep "hiburan dan perdagangan". Teknik ini mengacu pada interaksi penjual dan pembeli saat berbelanja melalui live streaming dan hiburan lainnya.
Konsep ini menarik konsumen untuk dapat membeli barang secara langsung saat penjual melakukan live streaming. Tendensi untuk membeli barang muncul karena penjual menjajakan secara langsung dan tergiur akan diskonnya.
Meskipun terlihat sederhana, teknik marketing ini termasuk melelahkan. Bukan rahasia lagi bahwa ada toko di Tiktok bahkan melakukan live 24 jam nonstop.
Untuk bisa live 24 jam, sumber daya untuk live streaming bahkan sudah direncanakan dengan membagi pegawai dalam 4 sesi/hari. Terlepas keberhasilan penjualan saat live, toko sudah terbantu oleh sistem platform untuk memperkenalkan produknya.
Eksklusivitas Shoppertainment
Satu hal yang penulis pikirkan saat mendengar shoppertainment adalah eksklusif. Ekslusivitas shoppertainment berlaku pada toko dan penjual. Fitur live streaming menjadi sarana bagi toko dan penjualnya untuk berekspresi.