Produktivitas dan kualitas tanaman padi di Indonesia belum menampakkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Produktivitas padi belum mampu memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia secara merata atau belum memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Kualitas padi pun masih relatif rendah.
Di pihak lain, tantangan di sektor pertanian semakin berat. Era industri 4.0 menuntut adanya persaingan yang semakin ketat, khususnya dalam konteks eskalasi pasar bebas antarnegara yang lebih berpihak pada negara maju atau kepemimpinan yang keluar dari zona tradisional diranah peningkatan produktivitas dan kualitas hasil tanaman padi, yakni dengan memanfaatkan alat pertanian modern.
Kondisi seperti itu menuntut adanya konsistensi dan komitmen kepemimpinan kelompok usaha tani dalam mensosialisasikan, mengadaptasikan, dan merealisasikan iklim perubahan era industri 4.0 dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman padi kepada para anggotanya.
Dalam hal ini, kepemimpinan bukan sekadar membuat terobosan yang bersifat fisikal. Akan tetapi, ia harus membangun mentalitas diri menuju ke arah pentingnya kompetisi kreativitas dan inovatif, yakni melalui upaya penghindaran terhadap timbulnya mental blok.
Oleh karena itu, yang diperlukan saat ini adalah bagaimana kepemimpinan membangun dan menciptakan kondisi jiwa yang meyakini diri dan anggota kelompoknya tidak memiliki konsep mental yang lemah atau kalah, seperti keyakinan akan dirinya sebagai orang yang lemah, malas, bodoh, miskin, serba kekurangan, merasa tidak mampu, dan lain-lain.
Dengan kata lain, kepemimpinan di era industrialisasi tidak berada dalam kondisi mentalitas jiwa yang mempunyai keyakinan salah akan persepsi pada diri sendiri.
Sebenarnya, upaya peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman padi di Indonesia sudah dilakukan. Mengingat padi merupakan salah satu komoditas utama dan unggulan dalam menopang perekonomian nasional.
Dengan kata lain, tanaman padi mempunyai peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai program berbasis fisikal pertanian, seperti pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk dan pestisida, serta kredit usaha tani bersubsidi. Program berbasis fisikal pertanian yang dilakukan oleh pemerintah disatu sisi berdampak pada peningkatan produktivitas dan kualitas.
Akan tetapi, di sisi lain, sampai saat ini produktivitas dan kualitas padi masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dibuktikan dari informasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa produksi padi pada lima tahun terakhir menjadi semakin terbatas atau mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2015 yang merupakan produksi padi tertinggi, yakni sebanyak 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG).
Salah satu faktor utama yang menyebabkan turunnya produktivitas dan kualitas tanaman padi bertemali dengan mental blok kepemimpinan kelompok usaha tani.
Sehubungan dengan mental blok kepemimpinan usaha kelompok tani, mentalitas pemimpin belum sepenuhnya optimis terhadap pemanfaatan teknologi mekanisasi pertanian.