Bisakah Anda bayangkan, waktu zaman dulu, bagaimanalah nasibnya orang menulis jika tanpa pulpen? Bisakah pikiran dan perasaan dituliskan di atas kertas?
Memang ada masa di mana alat tulis tidak sekadar pulpen, namun pulpen sudah dianggap sebagian orang sebagai kebutuhan utama sejak sekolah di SD -- bahkan TK. Dengan pulpen, kita bisa merangkai kata, mencorat-coret, terutama mengutarakan gagasan pun perasaan ketika belajar.
Sekarang, tanpa pulpen, orang tetap bisa menulis. Dengan hadirnya gawai, selongsong tabung panjang berisi tinta hitam itu agaknya jarang digunakan. Seperti kurang berguna.
Tapi...
Sekali lagi tapi...
Pulpen yang ini begitu berbeda.
Pulpen yang ini sangat bisa menggairahkan Anda untuk menulis.
Dengan bangga mempersembahkan -- biar kayak di tipi-tipi -- pulpen bukan sembarang pulpen. Pulpen ini tidak berisi tinta, melainkan duit. Iya, duit!
Saya tidak sedang bercanda. Pulpen -- yang kepanjangannya adalah Perkumpulan Pencinta Cerpen -- sedang mengadakan sayembara.
Lengkapnya, Sayembara Cerpen Kartini.