Kalimat bijak tentu mengandung makna kuat. Ini diracik berdasarkan pemahaman teori atau inti sari pengalaman kehidupan. Penulis ingin menyampaikannya ke pembaca dan ingin pula pembaca memahami secara sepaham.
Artinya, tidak ada makna lain. Oleh sebab itu, pilihan kata yang tepat dalam komposisi kata-kata pada kalimat bijak -- cenderung sedikit agar mudah dihafal -- perlu mendapat perhatian. Ini bisa dilakukan, jika penulis telah belajar bahasa Indonesia.
Malam ini saya mendapat kiriman di grup perpesanan seputar potongan halaman buku. Di sana, ada sebuah kalimat tercetak tebal -- sepertinya subbab -- yang hendak dibahas oleh anggota grup.
Kalimat itu tertulis tebal barangkali karena dirasa penting oleh penulisnya. Jika saya pahami sekilas, seperti kalimat bijak. Mengandung pesan kuat. Anda tidak perlu memiringkan kepala untuk membacanya. Berikut saya tuliskan.
Berencana itu penting, tapi bagian terpenting tiap rencana adalah merencanakan rencana yang tak berjalan sesuai rencana.
Coba Anda baca berulang kali. Adakah yang terasa ganjil? Saya mendapatinya. Saya tidak tahu siapa penulisnya. Saya juga tiada maksud menjelekkannya. Saya merasa kalimat itu bermakna lain dibanding pemahaman yang biasa saya tahu.
Biasanya...
Di samping merencanakan sesuatu, sebagian besar kita diminta menyiapkan rencana cadangan (istilah kerennya plan B) jika rencana utama gagal dijalankan. Kita tidak tahu benar, kendala dan hambatan apa yang merintangi sehingga akhirnya gagal.
Kita tidak perlu pesimis karena sudah ada cadangannya -- juga disiapkan tidak kalah masak dibanding utama -- yang tinggal dijalankan.
Kita diharapkan hati-hati dan membuat antisipasi. Acara atau kegiatan harus tetap berjalan, dengan pelaksanaan rencana utama ataupun cadangannya. Inilah kebijaksanaan.