Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Membaca Cerpen "Seraya Bersuara", Banyak Manfaatnya

Diperbarui: 14 September 2021   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membaca cerpen seraya bersuara, sumber: Pixabay.com via surabaya.tribunnews.com

Kita tentu paham bahwa tulisan fiksi berupa cerpen amat berbeda dengan tulisan nonfiksi seperti opini, kendati ada opini yang disajikan bergaya cerpen. 

Opini menjelaskan pembahasan akan suatu hal secara sistematis, terperinci, dan cenderung berupa pemberitaan. Sementara cerpen menyajikan peristiwa kehidupan yang melibatkan emosi, reaksi manusia akan sesuatu, penggambaran buah pikiran, adegan-adegan, yang semuanya membuat cerpen terasa lebih hidup dibanding opini.

Dalam saya belajar cerpen, jika lelah membaca, saya memilih mendengarkan dari Youtube. Ada beberapa akun yang menyajikan pembacaan cerpen dengan berbagai tambahan pemanis selain bahan cerita, seperti musik dan visual. Salah satu yang terbaik adalah DigitalArchipelago.


Di atas adalah salah satu karyanya. Pembacaan cerpen "Rosario" oleh Abah Adi Kurdi. Cerita seputar seseorang yang menelan rosario karena dipaksa oleh serdadu. Ia tidak bisa mengelak dan menghindar dari peristiwa kekejaman yang kelam masa itu.

Saya memberi apresiasi lewat kolom komentar akun. Ketika saya mendengar secara saksama, saya bisa membayangkan cerpen benar-benar adalah sebuah kisah nyata, bukan sekadar tulisan di atas kertas.

Bagaimana Abah membaca dengan intonasi yang tepat. Bagaimana Abah memberi rasa pada setiap kalimat. Bagaimana pula Abah mengajak pendengar bertanya-tanya seputar konflik yang sedang terjadi.

Saya menjadi tertarik dengan cara menikmati cerpen semacam itu. Semakin ke sini, semakin saya terapkan. Saya kerap membaca cerpen sembari bersuara. Saya rasakan banyak manfaatnya dibanding hanya membaca secara visual dan dalam hati.

Membunyikan tanda baca

Karya cerpen membubuhkan lebih banyak tanda baca dibanding tulisan lain. Bukan sekadar hebat-hebatan dalam berbahasa, tetapi tanda baca memang diperlukan untuk memperjelas emosi dan reaksi tokoh.

Tanda seru menjelaskan amarah. Tanda tanya menggambarkan keanehan atau ketidaksetujuan. Tanda titik menyatakan pemberitaan. Tanda elipsis memperlihatkan ada dialog yang hilang atau terputus sejenak dalam bicara.

Cerpen tentu lebih seru jika tanda baca itu berbunyi. Cerpen tidak datar-datar saja dan lebih bisa dinikmati.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline