Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Rangkap Tugas Tidak Masalah, Asal...

Diperbarui: 11 Agustus 2021   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sibuk bekerja sembari merangkap tugas orang lain, sumber: rukita.co

Seorang wanita dipanggil ke sebuah ruangan. Ia sudah menebak apa yang akan terjadi. Baru kemarin ia dihubungi rekan kerjanya. "Mbak, minta tolong nanti tugas si X digantikan," perintah bosnya.

Wanita itu menunduk, mengiyakan. Ia tidak bisa menolak karena sudah diminta bantuan oleh si X. Si X beberapa minggu ke depan akan cuti melahirkan. Oleh sebab sesama wanita, wanita itu tidak tega jika tidak membantunya.

Saya begitu percaya, tanpa survei dilaksanakan, orang-orang yang menjadi pegawai pernah mengalami bagaimana sibuk merangkap tugas orang lain.

Saya pribadi tahu rasanya. Tahu bagaimana lebih banyak waktu diberikan, lebih banyak masalah perlu dicarikan solusi, dan lebih banyak kelelahan yang kerap kali dinilai sebagai kerja bakti.

Mari kita selisik penyebabnya

Dalam interaksi sesama pekerja, tidak selamanya tiap-tiap pekerja bisa hadir setiap hari ke kantor. Ada alasan yang membuat mereka mengambil cuti. Beberapa hari, bisa pula berminggu-minggu atau berbulan-bulan (semisal dalam rangka ibadah dan melahirkan).

Otomatis, pekerjaan yang bersangkutan dilimpahkan ke rekan kerja terdekat. Maksudnya, dalam lingkup sesama bawahan dari satu atasan. Atasan langsung yang menunjuk. Secara etika, yang bersangkutan pun meminta dengan sangat sopan, agar rekannya berkenan menggantikan pekerjaannya.

Pada sebab lain, ada yang berani mencetuskan ide ke pimpinan. Karena pimpinan tertarik, ditantanglah ide itu untuk dieksekusi. Oleh karena yang bersangkutan lebih tahu bagaimana filosofi dan pelaksanaan ide ke depan, kendati rekan sekerja membantu, ia tetap memiliki porsi lebih banyak dalam pembagian tugas.

Masih ada kemungkinan terjadi karena pegawai mutasi ke jabatan lain. Pimpinan di atasnya belum menunjuk siapa pengganti. Untuk mengisi kekosongan, diperintahkanlah sementara rekan yang sederajat jabatannya merangkap tugas.

Yang paling parah, rangkap tugas muncul sebab pegawai yang diminta bekerja tidak bisa bekerja karena alasan tidak jelas, semisal kabur atau malas bekerja. Faktor senioritas yang tidak mau lagi belajar juga ada. Pegawai junior mendapat limpahan pekerjaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline