Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Mengapa Kita Lebih Bijak Mengatasi Masalah Orang Lain daripada Milik Sendiri?

Diperbarui: 7 Agustus 2021   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Namanya manusia hidup ya pasti diselimuti masalah, kalau cuma mau diselimuti wijen mending jadi onde-onde," cuit BudeSumiyati di akun twitternya. 

Saya tergelitik membacanya. Entah, atas dasar apa Bude mengeluarkan kalimat itu. Boleh jadi setelah melihat orang-orang banyak mengeluh karena dirundung masalah. Mungkin pula sebab terlalu pelik masalah hingga sulit teratasi, akhirnya dibuat lelucon saja.

Tetapi, memang benar, setiap orang pasti punya masalah. Selama masih hidup di bawah matahari, masalah selalu membayangi. Berbeda-beda respons orang menghadapinya.

Ada yang jatuh bangun mengatasi. Ada yang tidak ambil pusing dan santai menjalani. Ada yang begitu lelah karena harus terus berperan sebagai "badut" (tetap tersenyum dan menghibur kendati masalah berjibun).

Itu masih masalah pribadi. Belum lagi masalah orang lain, yang terkadang tanpa kita minta, datang sendiri. Beberapa orang terdekat memohon solusi dan menganggap kita bisa mengatasi masalahnya. 

Tidak usah orang terdekat. Yang jauh-jauh di media sosial pun -- tidak kenal sama sekali sosoknya -- kita sering urun rembuk memberi pandangan berdasarkan logika pribadi yang diharapkan mencerahkan.

Sesekali, dari kacamata seorang pengamat, kita menilai tidak tepat cara orang itu menghadapi masalah. Mengapa bisa emosi sekali? Mengapa kata-kata kotor dikeluarkan? Mengapa tidak bisa diselesaikan secara baik-baik? Pikiran-pikiran bijak kita yang mengarah ke solusi tercetuskan. 

Pada sisi lain, apakah betul kita bisa menerapkan pikiran bijak itu seandainya kita ada di posisinya? Setenang mengutarakan pendapat dan menyajikannya sesantun mungkin? Saya sedikit ragu. 

Kemungkinan besar kita memang lebih bijak mengatasi masalah orang lain daripada milik sendiri. Jika mengalami langsung, bisakah sebijak pikiran kita?

Sebuah ilustrasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline