Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Manajemen Berita untuk Kesehatan yang Lebih Baik

Diperbarui: 23 Juli 2021   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membaca berita, sumber: pixabay

"Ma, Mama lagi lihat tv ya?" tanya seorang kakak di grup WA keluarga. Malam itu, seperti biasa, semua anggota sudah beristirahat. Ketiga kakak yang keluar kerja sedari pagi telah berada di rumah. Saya bekerja dari rumah.

"Iya," jawab Mama. "Jangan sering nonton berita Covid, ya, Ma," pesan kakak pertama. Kakak bermaksud agar Mama tidak ketakutan membaca berita yang kian ke sini kian mengkhawatirkan menurutnya.

Mama malah tertawa. Beliau berujar, setiap malam hampir tidak pernah absen, beliau melihat berita, terutama perkembangan penanganan Covid di Kab. Jepara (kampung kami).

"Biasa sajalah. Cuma berita ini. Mama juga nontonnya sekadar nonton," begitu jawaban beliau. Bahkan, tanpa diminta, sekali dua kali beliau membagikan jumlah terbaru penderita Covid di kampung via WA, yang pada suatu saat sempat memasuki zona merah.

Jumlah jemaat gereja kami di kampung yang terkena Covid dan yang meninggal, beliau tahu benar. Tidak ada rasa takut waktu membagikan. Entah, sudah berpikir panjang atau tidak, dampak pembagian itu bagi mental para anggota keluarga di WA.

Saya pandang, Mama sudah layaknya seorang reporter, kerap melaporkan kondisi terkini seputar penderita. Herannya, sempat pula menganalisis penyebab kenaikan kasus. Tanpa rasa takut sedikit pun, seperti yang dikhawatirkan kakak pertama.

Kejadian di daerah

Tidak bisa dimungkiri, berita Covid-19 sedikit banyak berpotensi menimbulkan rasa takut pembacanya

Antara lain: jumlah orang positif Covid-19 yang semakin meningkat, potensi dan tantangan ketidakmampuan fasilitas kesehatan yang melayani jika jumlah penderita tidak terkendali, jumlah penderita wafat yang terus ada, dan seterusnya, yang boleh didapat lewat media massa daring atau media sosial.

Seyogianya, dalam membaca itu, juga disandingkan dengan berita sampingannya, seperti penderita yang telah sembuh, penggalakan sosialisasi penerapan protokol kesehatan yang kian masif, adanya potensi penambahan fasilitas kesehatan darurat, dan seterusnya.

Tetapi, apa daya, bila ketakutan muncul, daya kritis biasanya berkurang. Perasaan mendominasi logika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline