Setetes air mengalir dari dua bola mata seorang gadis yang menatap sendu sesosok wanita tua dengan selang pada lubang hidungnya, sedang terengah-engah sekadar mengambil napas.
Titik-titik air membasahi sekujur badan satu lelaki berbajuzirahkan perlengkapan perang yang begitu panas, tidak boleh dibuka dan tetap harus digunakan saat menghadapi serangan wabah yang entah selesai kapan.
Kakek tua di sampingnya yang baru saja habis bertempur, masih mengerang kesakitan, memegang bagian bawah tubuhnya, menahan genangan air yang belum bisa dikeluarkan padahal sangat mendesak, oleh sebab masih ada perang berikut yang tidak bisa dielakkannya.
Seorang bocah menatap dinding dengan mata basah, merapal harap dalam kata-kata yang tidak sanggup lagi tersebutkan, memohon seseorang yang tampak pada cermin di depannya lekas sembuh dan bisa bermain dengannya.
Mungkin masih banyak lagi genangan-genangan air mata yang luput disaksikan. Sebisa mungkin diam di rumah adalah cara terbaik untuk mencegah terjadi banjir air mata.
...
Jakarta
2 Juli 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H