Senja sudah datang. Matahari perlahan seperti meredupkan sinarnya. Awan-awan hitam pekat berdatangan, berkumpul, pertanda sebentar lagi hujan.
Para pekerja bersiap-siap pulang. Seorang pekerja mendatangi meja kerja temannya. Ia menggelengkan kepala. Ia heran dengan betapa berantakan kondisi meja itu.
"Pasti di rumahnya, ini anak malas bersih-bersih," katanya pada saya tentang rekannya itu. Saya tersenyum di sebelah meja.
Tulisan ini terinspirasi dari perbincangan antara saya dengan seorang rekan kerja. Beliau bercakap dan menyimpulkan bahwa kebiasaan baik terbentuk hanya dari rumah.
Apa yang terlihat di ruang kerja adalah penjelmaan dari kebiasaan yang dilakukan di rumah. Tanpa perlu menemuinya jauh-jauh ke rumah, kita sudah tahu perilakunya.
Kebiasaan itu terbawa ke mana saja, termasuk di kantor. Seperti ilustrasi, orang yang meja kerjanya bersih, berarti ia cinta kebersihan dan tentu sering bersih-bersih di rumah.
Orang yang kerap datang terlambat untuk presensi, kemungkinan besar ia tidak disiplin dan melanggar waktu di rumah. Orang yang berani melawan orangtua, boleh jadi pula berani melawan atasan.
Orang yang melahirkannya saja dilawan, apalagi orang lain yang tidak terlalu dekat dengannya.
Apa iya, dapat dipastikan bahwa kebiasaan di rumah selalu terbawa ke mana-mana? Apakah mungkin seseorang bisa berbeda antara di rumah dan di tempat lain?
Rumah adalah tempat pertama fase kehidupan