Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

5 Keniscayaan dalam Bermedia Sosial dan Cara Menyikapinya

Diperbarui: 10 Mei 2021   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi media sosial, sumber: bisnis.tempo.co

Media sosial sudah samar letaknya. Antara di dalam kamar kebutuhan atau keinginan. Sebagian butuh membuatnya karena tuntutan pekerjaan. Sebagian ingin memakainya sebab memudahkan dalam interaksi sosial. Sebagian lagi keduanya, butuh dan ingin.

Media sosial telah menjadi satu kesatuan aplikasi yang wajib tersedia dalam ponsel pintar orang-orang. Pengguna aktif media sosial tepatnya berjumlah 170 juta jiwa, setara 61,8 persen dari total populasi masyarakat Indonesia pada Januari 2021 (sumber di sini).

Apalagi sekarang sedang Corona. Interaksi sosial melalui kerumunan dianjurkan untuk dihindari. Semua berbondong-bondong menjaga silaturahmi lewat media sosial. Bahkan mungkin terasa kurang jika sehari belum bermedia sosial.

Kian ke depan, teknologi kian maju. Media sosial semakin pula tidak terelakkan akan selalu digunakan. Bukan hal mustahil, jika seluruh pelosok negeri telah terjamah teknologi, 100% masyarakat Indonesia bermedia sosial.

Banyak yang dapat dilakukan di sana. Salah satunya mengunggah sesuatu, baik status diri, foto keluarga, video aktivitas, berita terkini, maupun pendapat pribadi atas suatu peristiwa. Si pengunggah bebas melakukannya, kapan pun dan di mana pun.

Saya juga kerap melakukannya. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bermedia sosial, atas unggahan itu, ada lima keniscayaan yang wajib kita sadari.

Teranalisis dari berbagai sudut pandang

Unggahan sangat besar potensinya untuk dikomentari. Dalam memandangnya, warganet akan menganalisis dari beragam sudut pandang. Ada yang semudah membalikkan telapak tangan, berdasarkan faktor kesukaan atau ketidaksukaan, sehingga komentar penilaiannya sangat subjektif.

Ada yang menggunakan data dan fakta -- terlepas tepercaya atau abal-abal -- dalam menganalisis, sehingga tanggapan penilaiannya berbobot dan objektif. Ada yang tidak berkomentar, tetapi sekadar membubuhkan tanda jempol ke atas atau ke bawah. Semua berhak dan bisa memberikan penilaian.  

Emosi tumpah ruah

Dalam menanggapi komentar, si pengunggah akan menjawab dengan berbagai rasa dalam bahasa. Jika sebagian komentator sopan dan ramah, si pengunggah senang dan hormat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline