Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen adalah Bukti Saya Mencintai Bahasa Indonesia

Diperbarui: 9 April 2021   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: renungankristiani.com

Selamat pagi, diari. Bagaimana kabarmu hari ini? Saya berharap baik dan sehat selalu. Izinkan saya berbagi kisah untukmu. Namun, kali ini bukan seputar tip menulis cerpen, tetapi kehadiran cerpen dalam hidup saya.

Pada suatu percakapan di grup penulis di Whatsapp--bersama Guru Bahasa Indonesia yang saya kagumi, Pak Khrisna Pabichara, entah mengapa saya bisa begitu emosional menulis beberapa larik kalimat, seperti ini:

"Saya senang membaca cara bertutur Guru. Indah sekali. Benar-benar, Bahasa Indonesia mendapat tempatnya untuk dihormati."

"Saya benci mengakuinya. Tetapi, ketika menulis itu, mataku sedikit basah. Entah, mungkin saya sudah terlalu jengkel dengan anak muda yang suka mencampuradukkan bahasa."

"Saya menghargai para pencipta dan penyusun kata dalam kamus Bahasa Indonesia. Saya pun selalu teringat, butir ketiga Sumpah Pemuda. Ah, mungkin saya terlalu berlebihan. Apakah ini pertanda saya memang jatuh cinta dengan keindahan Bahasa Indonesia?"

Diari, mata saya sedikit basah ketika menulis kalimat pertama itu. Saya begitu kagum dengan Guru, Pak Khrisna Pabichara. Kendati teman-teman memanggil beliau Daeng, saya tetap memanggilnya Guru. 

Saya besarkan lagi huruf g-nya. Bukan apa-apa, dari beliau saya mendapat wawasan besar seputar Bahasa Indonesia. Jadi, sudah selayaknya saya besarkan namanya.

Mengapa basah? Karena saya terpukau, Guru membiasakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar pada setiap saat. Tidak sekadar ketika menulis artikel. Waktu bercakap, sebisa mungkin beliau juga sama.

Ini yang saya tidak temukan pada anak-anak kekinian di negara Indonesia. Ada yang sering mencampuradukkan bahasa, asing Indonesia, Indonesia asing. Saya tidak mengerti apa alasannya. Apakah bagi mereka itu keren? Dibilang anak gaul? Atau, meniru seseorang?

Yang pasti, saya kesal. Mereka tidak bangga menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Padahal, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki bahasa sendiri, bukan bahasa dari negara yang pernah mendiami, seperti Inggris, Belanda, dan seterusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline