Banyak hal yang biasa dihadapinya sebagai sebuah angin lalu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, dalam pekerjaannya yang mau tidak mau terpaksa ia lakukan meskipun itu begitu hina dan selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya.
Mereka mengejeknya. Mereka mengucilkannya. Mereka mendiamkannya. Mereka menganggapnya tidak ada. Tidak hanya tetangga, tetapi sebagian keluarga besarnya pun sama. Mereka terus merendahkan, tanpa berusaha memberi atau mencarikan pekerjaan baginya untuk membuatnya sedikit mulia sebagai seorang wanita.
Ia juga sudah tahan banting terhadap penderitaan demi penderitaan yang dialaminya. Pernah ada seseorang setelah menggunakan jasanya, lari begitu saja tanpa membayar.
Pernah ia digilir beberapa orang yang tiba-tiba datang di luar perjanjian, dan ia diperlakukan seperti binatang. Pernah pula ia disekap berjam-jam, sebagai budak pemuas nafsu, tetapi hanya dibayar satu jam. Apalah daya dia sebagai wanita. Begitu lemah di hadapan para lelaki jalang.
Namun, ada satu hal yang begitu mengganggunya dan membuatnya risau beberapa hari, bahkan tidak tidur barang sebentar. Sebuah pertanyaan yang merasuki otaknya, menyerang setiap sel sarafnya, dan menghantuinya di mana pun ia berada.
"Ma, Bapak mana?" kata anak gadisnya yang sudah berumur enam tahun.
Awalnya ia berbohong. Ia berkata, bapaknya sedang pergi bekerja di luar kota, mencari uang baginya dan suatu saat akan pulang. Seiring pertumbuhan anaknya yang sekarang sudah masuk kelas satu SD, anaknya semakin kritis dan sadar bahwa ibunya hanya membual.
"Sebegitu lamakah bapak bekerja di sana dan tidak merindukan saya?" pikir anak itu suatu saat. Ia juga mulai tidak nyaman ketika ada teman sekolahnya mengejeknya. "Bapakmu mana? Kasihan ya, gak punya bapak!"
Wanita itu mulai berpikir, bagaimana ke depan anaknya. Apakah ia bisa bertahan menghadapi ejekan teman-temannya? Apakah mentalnya kuat dan bisa sepertinya menganggap itu hanya angin lalu yang tidak perlu dipikirkan dalam-dalam?
Sepertinya semua harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Anak gadisnya terus merengek-rengek di rumah. Ia tidak mau sekolah. Ia malu di hadapan teman-temannya. Ia hanya ingin ketemu bapaknya.
Akhirnya, wanita itu berusaha mengingat-ingat, siapa saja yang telah menyetubuhinya enam tahun silam. Ia berusaha mencari mereka, hari demi hari, menggali informasi dari mana-mana, dan akhirnya hanya bisa menemukan tiga orang.