Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Sulepret Kurang Sekilo

Diperbarui: 13 Maret 2021   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Tidak hanya satu orang di perumahan itu yang yakin bahwa Sulepret kurang sekilo. Banyak pula yang menyaksikan tingkah laku Sulepret terbilang kerap ceroboh dan teledor, saat setiap kegiatan di perumahan itu berlangsung.

Pernah ketika ia ditugaskan jaga malam, baru saja tiba di pos ronda, ia langsung tertidur pulas. Seorang maling yang menyatroni rumah salah seorang warga lepas begitu saja, padahal berdasarkan rekaman cctv yang terpasang di ujung atap pos itu, maling berwajah mencurigakan itu berjalan mengendap-endap tepat melewati pos ronda.

Pernah pula seorang warga marah-marah kepadanya, karena Sulepret sebagai petugas keamanan di perbatasan masuk perumahan--pekerjaannya setelah pensiun, salah memberikan nomor rumah, sehingga seorang tukang kredit telanjur membentak-bentak di depan rumah warga itu, membuat ia malu dengan tetangganya.

Belum lagi, Sulepret pernah lupa membagikan besek makanan untuk warga yang tidak datang rapat rukun tetangga. Besek itu malah ia bawa semuanya ke rumah. Bila tidak ditegur istrinya, mungkin Sulepret sudah menjadi bahan amukan sebagian warga.

Namun, beberapa warga akhirnya menerima ia apa adanya. Ketika istrinya tidak tahan lagi atas omelan dan keberatan para warga karena kerja Sulepret selalu kurang sekilo, maka ia membocorkan rahasia yang telah ia pendam begitu lama, sebagai pembenaran dan permakluman untuk Sulepret.

"Bu, suami saya itu dulu pernah jatuh dari motor. Kepalanya sedikit terbentur aspal. Beberapa helai rambutnya lepas dan tidak tumbuh lagi. Ibu lihat kan bagian belakang kepala suami saya. Pitak begitu," kata istri Sulepret pada seorang ibu yang adalah tetangga sebelahnya. 

"Mungkin sejak saat itu, suami saya jadi kurang sekilo," tambahnya lagi dengan membuang malu jauh-jauh. Ia lebih memilih warga tahu hal itu daripada terus mengomelinya.

Seirama dengan kecepatan cahaya, rahasia itu dengan sekejap menyebar, melalui mulut ke mulut, dan membuat para warga hanya bisa mengelus dada dan bersimpati pada Sulepret yang sudah pensiun dari sebuah perusahaan tambang dan mulai beruban banyak itu.

Namun, ada satu pekerjaan yang Sulepret selalu rajin melakukannya, cermat, tidak pernah abai, bahkan melebihi caranya merawat diri sendiri. Sulepret memelihara seekor burung kenari berbulu kuning, berparuh putih, matanya cokelat, dengan ukuran tidak lebih dari sekepal tangan anak remaja. Burung itu ia kurung pada sebuah sangkar berbentuk balok, memanjang ke bawah, berdinding kayu, beratap seng dengan seutas kawat berbentuk tanda tanya tertempel di atasnya.

Setiap pagi sebelum ia sarapan, ia akan mengeluarkan burung dalam sangkar itu dari teras ke tepi jalan depan rumahnya, dengan maksud agar si burung mendapatkan sinar matahari, sehingga badannya kembali hangat setelah melalui malam yang begitu dingin. 

Lalu, ia akan membersihkan tahi burung yang sudah mengering dan berbau itu. Kemudian ia mengisi biji-bijian pada kotak makanan dan menuangkan air minum pada kotak minuman. Sebelum sangkar itu ia gantungkan kembali pada sebuah paku di dinding terasnya, ia akan memandikan burung itu dengan air yang disemprotkan berulang-ulang dari sebuah penyemprot air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline