Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Masa Tua

Diperbarui: 22 Februari 2021   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Pagi masih begitu dingin. Angin sepoi-sepoi berembus menggoyangkan daun-daun pepohonan hingga berkerisik, seakan-akan memainkan musik bagi burung-burung yang sedang bernyanyi mengawali hari. Terlihat beberapa pemuda berlarian mengitari lapangan tepat di halaman depan sebuah kantor. Matahari masih bersembunyi di balik gedung.

“Ayo Pak, semangat-semangat!” ujar pemuda dengan dua handuk kecil di pundaknya. Tangan kanannya memegang sebotol besar air mineral.

“Kurang berapa putaran lagi?” jawab lelaki setengah abad di sebelahnya.

“Lima putaran, Pak. Bapak pasti bisa!”

Lelaki tua itu menatap langit. Awan-awan yang mengumpul mulai terserak. Warna biru laut terpampang luas dan indah, dihiasi guratan sinar berwarna merah keemasan yang memancar dari ufuk timur. Sesekali dia melihat jam tangannya.

“Sudah cukup ya, saya tidak kuat lagi!” 

Napasnya terengah-engah.

Pemuda di sampingnya itu lekas-lekas membuka tutup botol. Bersama sehelai handuk, tangannya menyodorkan botol itu penuh sopan.

“Ini, Pak.”

Lelaki tua dan pemuda itu segera menepi. Mereka duduk di bawah sebuah pohon. Peluh yang berjatuhan membasahi badan dan menetes ke jalan segera diserap oleh handuk yang sudah berbau keringat pemuda itu. Tidak berapa lama, setelah meneguk air setengah botol, mereka beranjak memasuki kantor.

“Tumben, tidak bisa lima puluh putaran. Apa tenaga saya semakin berkurang?” gumam lelaki tua itu tepat setelah dia berganti pakaian dan kemudian duduk di atas kursi kerjanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline