Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Pembantu Pocokan

Diperbarui: 20 Februari 2021   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: palapanews.com

Langit belum juga terang. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Awan-awan hitam pekat enggan beranjak dari depan sang surya. Genangan air setinggi mata kaki bekas hujan lebat tengah malam kemarin masih terpantau di beberapa sudut jalan.

Pada sebuah rumah, bergeletakan mangkuk-mangkuk kotor tertumpuk memenuhi tempat cuci piring. Sisa-sisa daging dan mi goreng yang tidak habis termakan menyumbat lubang pembuangan. Kursi-kursi bakso berantakan, karpet hitam berbulu masih tergelar dan terasa lembap sedikit berbau, tertumpah air dari beberapa botol plastik air mineral yang tutupnya separuh terbuka dan berserakan begitu saja.

Seseorang membuka pintu.

"Maaf lho Yu, hari ini lebih awal dari biasanya," kata seorang wanita bertubuh tambun. Wanita itu masih mengenakan piama biru. Mukanya bengkak kebanyakan makan mi semalam.

"Gak papa Bu. Sudah tugas saya ini," jawab perempuan muda berkemeja merah di depannya.

"Oh iya, untuk hari ini, nanti saya hitung ganda ya bayarannya. Soalnya semalam si kecil sunatan, jadinya syukuran deh. Maaf lho Yu, kalau rumah berantakan banget."

"Gak papa Bu. Gak papa."

Perempuan muda itu lekas-lekas melepas sepatu, melangkah ke dapur dan menuju kamar mandi. Tangan kanannya meraih daster dari dalam tas punggungnya, sementara tangan kiri membuka perlahan kemeja merah dan celana jinnya. Dalam beberapa detik, seusai memakai celemek yang tergantung di sebelah kulkas dan sapu lidi yang dia selipkan di pinggang, dia siap mencari uang.

Satu demi satu pekerjaan dilakukan. Dengan begitu terampil, berbekal busa dan sabut kelapa di tangan, dia membersihkan noda-noda cokelat yang tertempel dan mulai mengeras di pinggir mangkuk. Kuku-kukunya sudah berubah warna, menjadi hitam dan sedikit busuk karena begitu sering terkena sabun.

Kursi-kursi bakso dilapnya mengilat, disusun bertingkat dan diletakkan pada sudut ruang dapur. Dengan begitu cepat dia sibakkan debu-debu yang tertinggal di karpet, lipatan-lipatan yang menganga dia rapikan, dan segera dia gulung sendirian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline