Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Pemotong Daging

Diperbarui: 23 Januari 2021   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:digplanet.com

Kamu pernah makan daging, bukan? Bila tidak termasuk kaum vegetarian, satu kali dalam hidupmu, saya pastikan entah daging apa pernah terlumat oleh lambungmu.

Daging sudah teruji bagus untuk kesehatan. Tentu dalam kadar secukupnya. Tidak berlebihan. Protein, karbohidrat, lemak, serat, dan zat-zat lain yang berguna bagi tubuh-terutama perkembangan anak-tersedia di sana.

Karena kandungan gizinya sangat komplet, daging dijual mahal di desa saya. Selain itu, mendatangkan daging selama dua hari dua malam dari desa seberang, di mana itu membuat biaya transportasi truk dan penginapan sopir sangat tinggi, membuat tidak semua warga desa mampu membeli.

Saya awalnya heran. Mengapa warga tidak memilih untuk beternak hewan daripada beli ke desa seberang. Bukankah itu lebih murah? Bukankah itu lebih mudah untuk mencukupi kebutuhan warga yang setiap hari selalu ada saja permintaan daging? Bukankah itu lebih menguntungkan karena warga bisa menjual daging hasil peternakan? Pertanyaan saya terjawab oleh ibu yang duduk termangu melihat dahi saya berkerut-kerut.

"Dulu, pernah ada peternakan hewan di desa kita, Nak. Namun, sekali waktu, semua hewan mati, karena suatu wabah penyakit yang tidak pernah ditemukan obatnya sampai hari ini. Bahkan, beberapa warga terserang wabah itu. Sebagian meninggal."

"Pernah ada yang mencoba beternak lagi. Tetapi, kembali, hewan-hewan itu mati semua. Apakah desa kita dikutuk dan dilarang memelihara hewan oleh penguasa semesta, ibu tidak bisa menjawab."

Sejak saat itu, sebagian besar luas desa saya hanya bentangan kebun sayuran dan sawah palawija.

Di desa saya, pekerjaan sebagai pemotong daging di pasar sangat diinginkan banyak warga. Selain karena bisa beroleh daging, berhasil menyediakan makanan bergizi terbaik adalah pekerjaan termulia dan kebanggaan yang diagungkan sejak dahulu kala. Mata kanan warga selalu lebih besar memandang daging daripada sayuran.

Pemotong daging di desa saya tidak beroleh upah uang atas pekerjaannya, tetapi mendapat sisa-sisa potongan daging. Dari setiap satu kilogram daging yang dipotong, pemotong daging akan mendapat satu per seribunya. Itu di luar kulit dan lemak. Sudah aturan.

Ayah, telah sepuluh tahun dihormati warga. Dia tersohor karena keahliannya memotong daging. Tidak ada daging yang tidak bisa dipotong rapi olehnya. Berbekal golok yang selalu diasah setiap pagi, sebelum menikmati sarapan, ayah kerap berhasil memuaskan permintaan para pembeli daging. Bahkan, ada beberapa dari mereka memberikan lebih dari porsi upah.

Iris tipis, tebal, kotak-kotak, segala bentuk rupa bangun ruang yang dipesan atas daging dari desa seberang, ayah kerjakan sempurna. Daging terpisah dari kulit, tanpa lemak, tanpa garis urat, dan segala macam pesanan untuk berbagai jenis, mau ayam, sapi, kuda, babi, bahkan biawak sekalipun, tidak pernah mengecewakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline