Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Nyamuk

Diperbarui: 27 November 2020   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: iStock

Kalau kau bertanya padaku, binatang apa yang paling menjengkelkan akhir-akhir ini, kujawab nyamuk. Mungkin kau tahu jawabanku, tapi kau sekadar tahu, tanpa merasakan deritaku.

Ya, aku sangsi, ada nyamuk di rumahmu. Pembantumu pasti selalu sigap menyiapkan kamar terbaik, berbau harum, dan bebas nyamuk, demi kenyamanan tuannya. Kamu.

Sementara aku, beberapa malam ini terus bergulat dengannya. Ya, rumahku memang tidak seperti rumahmu. Hanya kontrakan kecil di pinggir kali, dengan berjuta-juta sampah dan bau menyengat di tepinya.

Aku heran, dari mana sampah itu berasal. Semakin jarangkah orang sekarang menjaga kebersihan? Atau, kebebasan mereka sudah kebablasan, sehingga merasa berhak membuang bungkus minuman, kemasan deterjen, bahkan kasur bekas ke kali itu?

Semua itu menyangkut di dekat gubukku ini. Setiap hari kuangkat satu per satu, setiap hari pula berdatangan lebih dari satu. Kendati seperti sia-sia, itu harus kubersihkan. Bila tidak, kamar sempitku ini akan ramai di tengah malam yang seharusnya sepi.

Dari sana muncul gerombolan binatang kecil dan menyebalkan, berdesing lalu lalang seperti kendaraan di siang hari. Mereka tak pernah kuundang, masuk begitu saja tanpa sopan.

Aku selalu terjaga begitu mereka datang. Dengan raket nyamuk dan obat nyamuk bakar, kujamu mereka melalui peperangan. Aku harus menang, bila tidak, anakku menangis kesakitan.

Mereka tahu, makhluk paling lemah di kamarku, gampang diserang dan tanpa pertahanan adalah anakku. Seorang bayi berumur tiga bulan, Boy namanya. Dia merengek setiap gigi mereka bersarang di kulitnya.

"Plaaakkk"

Telapak tanganku menutup. Pertahanan ketiga. Aku senang melihat mereka mati berdarah-darah di sela-sela garis tanganku. Setidaknya berkurang satu, walaupun masih ada seribu.

Aku pun tak pernah bermimpi indah selagi mereka berkeliaran di kamarku. Pernah aku terbangun ketika bermimpi bergelimang harta dan punya istri banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline