Manusia tidak bisa hidup sendiri. Ketika di rumah, selain bersama keluarga (orang tua, istri/suami, kakak, adik, anak, dan lainnya), ada juga yang ditemani dengan binatang peliharaan.
Seperti kucing dan anjing, binatang yang suka berlarian ke sana kemari. Bagi yang tidak mau repot mengawasi pergerakan binatangnya, bisa memilih burung sebagai alternatifnya. Di dalam sangkar.
Penulis sendiri pernah memelihara burung di kediaman. Waktu itu burung yang dipilih adalah love bird, sepasang, jantan dan betina. Terpukau dengan suara yang cerewet dan bulu yang indah seperti birunya langit, penulis memutuskan untuk memeliharanya.
Hampir satu tahun berlalu, burung masih setia menemani. Sampai pada suatu ketika, saat penulis membersihkan sangkarnya, penulis lupa untuk menutup pintu sangkar, sehingga burung tersebut lepas dan mengudara entah ke mana. Sangkar kosong tersebut masih ada hingga sekarang ini.
Selama memelihara, sebetulnya terjadi polemik dalam diri terkait boleh tidaknya memelihara burung. Ada pendapat yang menyemangati untuk tetap memelihara, di antaranya:
Merdunya kicauan burung;
Bagi sebagian orang yang termasuk pecinta burung, kicauan burung adalah sebuah keindahan dan sarana mengurangi stres. Riuhnya kicauan dengan suara yang berbeda-beda antar burung, menjadi salah satu sumber kebahagiaan hidup mereka. Meskipun, ada juga yang merasa bahwa kicauan adalah sebuah kebisingan.
Demi mendapatkan kicauan yang berkualitas, tak jarang banyak yang rela melatih burung berkicau dengan penuh kesabaran. Memberi makanan yang bermutu baik juga termasuk salah satu upaya mereka.
Bentuk tubuh yang menarik;
Burung-burung yang dipelihara di rumah rata-rata selain karena kicauan, karena bentuk tubuhnya. Warna-warni yang indah, ekor yang panjang terurai, paruh yang meruncing tajam, bulu yang lebat, dan segala yang melekat di tubuhnya, merupakan pemandangan yang indah dinikmati oleh pemelihara burung.