Waktu telah menunjukkan pukul 11:20 WIB. Saatnya makan siang telah tiba. Perut pun lapar, pikiran pun tepar. Bagi penulis, tidak akan pernah ada logika rasional yang tercipta dengan baik, ketika tidak ada logistik. Makan maksudnya, hehe.
Sulit memang, berpikir rasional kalau perut lagi kosong. Maka tak heran, para pendemo rata-rata terdiri dari sekumpulan orang yang lapar. Mengapa? Karena ada sebagian dari mereka yang bahkan tidak tahu tentang apa yang sedang mereka demokan, ketika ditanya.
Tidak rasional bukan? Di sisi lain, kalau mereka kenyang duluan, pasti tak ada semangat demo, karena mengantuk kekenyangan, hehe.
Ketika lapar, obatnya hanya makan. Tidak perlu ditambahi bumbu-bumbu nasihat, cukup dengan makan. Nah, banyak warung makan di dekat kita yang gampang untuk dikunjungi. Dari warung tegal, warung padang, warung sate, dan warung-warung lainnya.
Khusus untuk warung yang suka menyajikan menu makanan dalam jumlah banyak, sehingga kita bisa memiliki banyak opsi untuk memilih lauk dan sayur, banyak terlihat lauk telur dalam berbagai wujud. Sepanjang pengalaman penulis selama makan di warung, inilah rupa mereka:
- Telur dadar tipis
Telur dadar ini ketebalannya sangat tipis, hampir seperti keripik, hanya saja basah karena berminyak. Bagian telur yang dominan digoreng dari sajian ini adalah putih telur, yang digoreng dengan minyak yang banyak dan wajan yang lebar.
- Telur dadar tebal
Khusus untuk telur dadar ini, sering ditemukan di warung masakan padang. Telur yang ketebalannya antara 5 s.d. 7 cm, mengandung banyak tepung dalam adonannya. Dilengkapi dengan daun bawang dan dinikmati bersama sambal hijau khas padang, rasanya, hmm...., enak di lidah.
- Telur ceplok