Lihat ke Halaman Asli

hony irawan

Penggiat Advokasi dan Komunikasi Isu Sosial, Budaya dan Kesehatan Lingkungan

Kokoru

Diperbarui: 10 Juli 2021   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kamipun berdebat tentang masa depan Kokoru.

Masih ingat ya!? anak kucing ini ditemukan anak perempuanku di jalan depan rumah dalam keadaan belum bisa melihat dan masih harus menyusu pada induknya. Sendiri... merayap... mungkin kedinginan dan kelaparan. Anakku yang merasa kasihan lalu membawanya pulang. Katanya.

Mendengar kisahnya lantas ibunya dan dua adiknya yang sejak dulu sepakat untuk tidak memelihara kucing jadi punya alasan heroik untuk memeliharanya. Akupun belakangan baru tahu setibanya di rumah setelah beberapa hari di luar kota.

Agak aneh  tapi memang kasihan kalau dibiarkan dalam kondisi seperti itu. Pikirku. Awalnya kulihat agak repot, tapi anak-anak dan istriku nampak senang seolah dapat momongan baru.

Setidaknya kulihat tiba-tiba ada kebersamaan saat harus memberinya susu setiap dua jam sekali. Karena sebelumnya, selama pandemi mereka lebih senang mengurung diri di kamar masing-masing. Bahkan mereka rela patungan membeli berbagai kebutuhan makanan, pasir dan pernak pernik perlengkapan lain.

Bahkan saat Kokoru tidak bisa buang air besar atau tiba-tiba jadi pendiam karena kakinya terkilir, anak laki-lakiku sibuk mengajak kakaknya membawanya ke dokter. Pasti mereka keluar uang untuk itu. Begitu juga saat harus minum obat cacing yang rasanya ga disuka mereka bahu membahu membantunya, membujuknya.

Benar saja! Kata anakku dokter bertanya, apakah ada kucing lain di rumah? Tentu jawabnya gak ada. Suka main di teras dan ketemu kucing lain? Enggak juga. Pantes manja! Kata dokter.

Pernah suatu malam ketika Kokoru tidak terlihat di tempatnya biasa tidur, semua sibuk mencari. Khawatir keluar rumah dan di bully oleh kucing dewasa. Maklum usianya belum genap dua bulan dan baru saja terbuka matanya. Ternyata dia tidur menyelinap di tumpukan baju yang baru disetrika.

Sejak itu kandangnya tak lagi dipakai, dia bebas tidur di sofa. Atau kadang menginap di kamar siapapun yang dia suka.

Ada keberkahan sendiri dengan kehadiran Kokoru di keluarga kami. Tapi mau gak mau kelak dia harus mandiri. Bisa bergaul dengan kucing-kucing lain dan cari makan sendiri.

Di situlah perdebatan kami, antara tetap memeliharanya di dalam rumah, atas setelah tiba saatnya nanti dia harus tinggal di luar rumah menjalani kehidupannya sebagai laki-laki.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline