Lihat ke Halaman Asli

christi kevin kyken

Warrior God of Agriculture

[KREANOVA] Perkenalkan Bone Meal, Dari Sampah Jadi Berkah

Diperbarui: 12 Maret 2023   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Chris Bond, 2019)

Dulu Indonesia sudah secara turun-temurun melakukan sistem pertanian secara tradisional. Pertanian tradisional ini tetap digunakan dikarenakan kurangnya ilmu dan informasi mengenai pertanian modern. Semakin lama, petani Indonesia sudah mengenal teknologi sehingga petani mulai sedikit demi sedikit bisa menggunakan teknologi di bidang pertanian. Semenjak pecahnya revolusi hijau pada jaman orde baru, petani di Indonesia menjadi terbiasa menggunakan pupuk kimia sintetik karena produksi tanaman menjadi lebih besar dibandingkan pupuk organik.

Namun penggunaan pupuk kimia sintetik tidak baik untuk lingkungan sekitar lahan pertanian. Dampaknya juga tidak hanya lingkungan disekitar lahan, tetapi juga berdampak pada lahan pertanian itu sendiri. Pupuk kimia sintetik ini membuat mikroorganisme dalam tanah tidak dapat hidup sehingga dapat mempengaruhi produktivitas dari lahan tersebut (Sharma dan Mitra, 1991).

Jatuhnya pupuk ke dalam aliran air atau sungai, juga dapat mengganggu organisme yang hidup di tempat tersebut contohnya seperti ikan. Pupuk kimia sintetik juga membuat penurunan kualitas tanah semakin lama. Menurut Kementrian Pertanian (2011), penggunaan pupuk kimia sintetik dalam kurun waktu 30 tahun menyebabkan soil sickness (tanah sakit), soil fatigue (kelelahan tanah), dan inefisiensi terhadap lahan pertanian. Kondisi ini merupakan puncak dari penggunaan pupuk kimia sintetik yang secara berkala.

Tanah yang sudah rusak, akan susah untuk diperbaiki lagi sehingga tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan yang terus menerus di suplai pupuk kimia sintetik lama-kelamaan akan rusak, dan produktivitasnya pasti akan menurun. Sehingga petani harus mulai beralih kepada pertanian organik yang lebih ramah terhadap lingkungan. Selain aman untuk lingkungan, lahan pertanian dapat digunakan secara terus menerus tanpa harus takut mengalami kerusakan tanah. Bahkan menurut Leszczynska dan Marlina (2011), penggunaan pupuk organik dan meningkatkan kadar hara, meningkatkan kemampuan kimiawi dan fisik tanah, serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Ada berbagai macam pupuk organik yang dapat digunakan seperti pupuk kompos atau pupuk kandang.

Bone meal atau pupuk tulang bisa menjadi salah satu pilihan untuk menerapkan pertanian organik. Kebanyakan bone meal di Indonesia dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun bone meal juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman. Menurut Finley (2022), bone meal memiliki kandungan fosfor dan kalsium yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk tanaman. Fosfor dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik, membantu pengembangan jaringan tanaman, serta merangsang pertumbuhan bunga dan pematangan biji sehingga mempercepat masa panen, serta memperbesar persentase pembentukan buah (BPTP Kaltim, 2015). Oleh karena itu bone meal sangat cocok untuk tanaman yang mengalami pembungaan dan pembuahan seperti tomat dan cabai. Kalsium  berperan dalam pertumbuhan sel tanaman terutama pada bagian akar.

Pupuk bone meal dapat menjadi pilihan yang bagus untuk mengganti pupuk kimia sintetik unsur P seperti pupuk SP-36 dan TSP. Menurut Tarigan (2010), bone meal mengandung N sebesar 2,1 %, P sebesar 10 % dan K sebesar 1 %. Menurut Bhaskoro (2020), bone meal yang terbuat dari tulang memiliki kandungan fosfor dan kalsium lebih tinggi dibandingkan tulang lainnya.  

Penggunaan bone meal juga tidak hanya sebagai pupuk, tapi juga bisa menjadi bahan campuran untuk media tanam atau limbah cair. Bone meal dapat dikombinasikan dengan tanah dan sekam untuk menjadi media tanam yang kaya akan unsur hara. Menurut Puisis (2019), bone meal yang digabung dengan media organik lainnya dapat meningkatkan kadar nitrogen pada media tanam. Media tanam ini dapat digunakan untuk perkarangan rumah atau polybag, sehingga cukup bagus untuk bercocok tanam di rumah.

Dengan nutrisi yang cukup baik bagi tanaman, bone meal dapat menjadi pilihan untuk menggantikan pupuk kimia sintetik. Bone meal ini dapat di produksi sendiri dengan metode yang mudah. Berikut cara untuk membuat bone meal:

  • Rebus tulang – tulang seperti tulang ayam atau tulang ikan selama kurang lebih 30 menit
  • Setelah itu tiriskan tulang, dan dinginkan sebentar
  • Setelah dingin, keringkan tulang dengan cara dioven atau dijemur
  • Kemudian haluskan tulang menggunakan grinder atau dihaluskan secara manual hingga berubah menjadi serbuk
  • Bone meal siap di aplikasikan

Bone meal diaplikasikan dalam bentuk serbuk atau tepung pada bagian atas tanah secara melingkar. Disarankan untuk menyiram tanah setelah melakukan aplikasi bone meal.

Untuk menerapkan bone meal di lahan, terdapat beberapa syarat yang diperlukan. Bone meal efektif digunakan pada lahan yang memiliki derajat keasaman tanah dibawah 7. Kemudian bone meal ini lebih cocok sebagai pupuk dasar dibandingkan pupuk susulan. Menurut Puisis (2019), sebaiknya penggunaan bone meal dalam kurun waktu 4 bulan untuk memaksimalkan unsur haranya. Dan jangan menambahkan bone meal sebelum melewati waktu empat bulan agar tidak terjadi penumpukan fosfor dan kalsium di dalam tanah. Apabila terjadi penumpukan fosfor dan kalsium, hal ini akan membahayakan tanaman sehingga terjadi kelebihan pemberian nutrisi terhadap tanaman yang juga tidak bagus yang mengarah pada defisiensi hara.

Dengan berbagai macam keunggulan yang dimiliki oleh bone meal, diharapkan petani di Indonesia dapat mengganti pupuk kimia sintetik menjadi pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. Pertanian organik juga dapat membuat ekosistem yang sehat bagi organisme dan mikroorganisme di lahan pertanian dan disekitarnya. Kebutuhan akan nutrisi oleh tanaman juga dapat dipenuhi oleh bone meal, sehingga diharapkan petani lebih mau menggunakan bone meal yang organik dibandingkan pupuk kimia sintetik lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline