Lihat ke Halaman Asli

Holy Ichda Wahyuni

Dosen FKIP UM Surabaya

Perempuan dan Mitos Ibu Melahirkan

Diperbarui: 9 Maret 2022   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi, Sumber: pixabay.com

Kehamilan dan melahirkan adalah sebuah proses biologis dan psikologis paling besar yang dialami oleh seorang perempuan dalam hidupnya. 

Rasa sakit pasca melahirkan, kurangnya istirahat, stigma bermacam-macam dari sekitar, stress karena beban pekerjaan domestik seringkali memengaruhi kesehatan seorang perempuan baik secara fisik maupun psikhis. Maka, bagi seorang perempuan seusai menjalani proses tersebut sangatlah membutuhkan dukungan dan lingkungan yang kondusif untuk mencapai pemenuhan kebutuhan akan kesehatan dan kesejahteraan jiwanya.

Akan tetapi, menjadi perempuan, seolah harus siap hidup dengan segala tuntutan aturan yang mengatur bahkan dari inci kaki hingga pucuk helai rambutnya. Diksi yang kerap digunakan adalah "menjadi" perempuan, bukan sebagai perempuan, seperti statemen Beauvoir yang mempertegas bahwa sosok perempuan ada karena 'menjadi' bukan karena dilahirkan "sebagai perempuan". 

Statemen yang dapat dimaknai bahwa perempuan dianggap sebagai makhluk yang tidak independen, serta tunduk menjadi apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Salah satunya adalah tunduk dengan seabrek mitos dan kepercayaan yang harus dipikul oleh perempuan pasca melahirkan.

Tak peduli apakah mitos itu logis, ilmiah, benar atau salahnya. Seakan menjadi kepercayaan yang mengakar kuat dan harus tetap ditegakkan melalui perantara lisan. Bagi yang tak mengindahkan bersiaplah dicap dan dianggap tidak lumrah oleh lingkungan. 

Menurut Karen Amstrong, penulis Sejarah Tuhan, sebuah mitos walau seabsurd apapun alasannya, ia akan dianggap benar karena efektif memberi pengaruh. Pengaruh inilah yang kerap tak disadari apakah selalu baik, atau bisa juga sebaliknya.

Mitos Ibu Melahirkan

Diantara mitos-mitos yang banyak berkembang adalah mitos terhadap ibu pasca melahirkan. Sejak "menjadi perempuan" bahkan mereka sudah dicercah mitos bahwa perempuan itu haruslah lemah lembut, gemulai, cekatan di dapur, sumur, dan kasur. Naik gelar bagi seorang perempuan menjadi ibu, tidaklah mengurangi mitos-mitos yang menyertainya. Justru semakin banyak.

Belum sempurna seorang ibu jika tidak melahirkan secara normal atau pervaginam. Sehingga ibu yang melahirkan secara section caesarea (SC) dicap sebagai perempuan lemah dan belum sempurna. Padahal yang kita tahu bahwa ibu yang melahirkan secara SC pasti karena kondisi medis tertentu dan telah dipertimbangkan oleh tim dokter yang ahli di bidangnya.

Usai melahirkan, bukan hanya itu saja kepercayaan yang harus dijalani. Berpantang makan secara berlebihan bagi ibu pasca melahirkan juga masuk ke dalam daftar mitos yang sampai saat ini masih kerap dijumpai. Bahkan di beberapa desa, hanya mengijinkan ibu pasca melahirkan memakan nasi dengan kerupuk, tahu, atau tempe saja, sementara protein hewani, lemak, seperti ikan, keju, dan telur dianggap pantangan. Demikian halnya dengan frekuensi minum air putih yang dibatasi dengan kekhawatiran sang bayi akan pilek.

Belum lagi dengan larangan keras tidur siang yang dipercaya akan bisa menyebabkan darah putih naik, dan/atau menyebabkan timbulnya penyakit yang sukar disembuhkan dengan istilah "kemathus" (Jawa). Mitos ini bahkan cukup tenar di berbagai daerah dari ungkapan banyak warga net pada platform media sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline