Lihat ke Halaman Asli

Nur Halipah

Ordinary girl with extraordinary life

Saya Tidak Percaya Diri pada Tulisan Saya

Diperbarui: 18 Maret 2019   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: www.pixabay.com/@dougandpetegardening

Saat kalian membaca tulisan ini, pada awalnya, saya tidak percaya diri pada tulisan saya. Jika orang berkata, "Semakin belajar kamu akan semakin bodoh," saya akan sepakat dengan perkataan tersebut.

Saya mulai belajar menulis sejak Maret 2018. Saya tertarik menulis karena membaca novel seorang penulis amatir di sebuah platform menulis. Saya berpikir, bagaimana jika saya menulis juga? Ada banyak ide di kepala saya, apakah saya akan berhasil menyalurkannya?

Berbekal rasa penasaran itu, saya mulai belajar menulis. Saya memutuskan untuk menulis karya fiksi karena referensi bacaan saya lebih banyak fiksi. Saya tidak memiliki bekal  tentang kaidah dan teknik menulis. Nilai bahasa Indonesia saja sering remedial---ini adalah kejujuran---bagaimana mau menulis baik?

Maka dari itu, saya pelan-pelan menekuni kaidah kepenulisan. Saya mengunduh PUEBI dan KBBI daring di ponsel, serta belajar mandiri melalui internet. Saya mencoba untuk menerapkan ilmu yang saya pelajari.

Pada April 2018, saya membaca pengumuman kompetisi menulis novel yang diadakan oleh salah satu penerbit mayor. Hanya bermodalkan bisa menulis kaidah---yang itu juga masih banyak keliru---dengan percaya diri saya mengikuti lomba tersebut.

Hasilnya? Jelas, saya gagal. Bekal saya belum cukup. Hingga pada Oktober 2018, saya mengikuti grup WhatsApp yang berisi kumpulan penulis pada salah satu platform menulis. Saya banyak berdiskusi dengan seseorang. Dia memberikan saya banyak masukan tentang teknik menyusun cerita fiksi

Saya semakin bersemangat. Saya berusaha mengaplikasikan semua hal yang saya dapatkan. Namun, apa yang terjadi setelahnya? Saya merasa saya berjalan di tempat. Saya tidak pernah puas dengan tulisan saya sendiri. Setiap hari saya selalu mendapatkan sesuatu yang baru dan tidak pernah saya ketahui.

Semakin lama saya semakin merasa bodoh.

Alhasil, ada perasaan hambar setiap saya membaca ulang tulisan saya. Lalu, suatu kali saya berdiskusi dengan teman saya dan sadar bahwa saya melupakan satu hal penting yang dulu membuat saya bersemangat menulis: membuang isi kepala yang penuh ide.

Jika ada yang bilang, "Saya tidak pernah mengharapkan apa pun saat menulis," saya yakin hal tersebut adalah kebohongan.

Mengapa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline