Lihat ke Halaman Asli

Presiden Jokowi- Jusuf Kalla Masih Perjaka

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

PRESIDEN JOKOWI- JUSUF KALLA MASIH PERJAKA

OLEH: ODORIKUS HOLANG

Membaca judul tulisan ini rada aneh tapi hemat penulis amat nyata. Presiden dan wakil presiden dilantik pada tanggal 22 Oktober 2014 kemarin akan tetapi kritik prematur terhadap kinerja keduanya hampir tidak dapat dibendung. Presiden dan wakil presiden menurut saya bukanlah robot yang dalam sistem kerja tanpa kenal lelah. Tetapi Presiden dan Wakil Presiden kita adalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Berbicara tentang kekurangan tidak merujuk pada kesenjangan atau kemiskinan namun sisi ragawi yang mana ada keterbatasan dalam sistem berpikir sehingga perlu penyegaran secara terus menerus. Efek kekurangan ini adalah terdapat pekerjaan yang belum terselesaikan yang akan diselesaikan pada waktunya.

Kemudian, berbicara tentang kelebihan lebih memacu pada soal kegesitan dalam bekerja. Loyalitas terhadap pekerjaan dengan memanfaatkan kapasitas yang ada dan mumpuni dalam praksis artinya bahwa ada keseimbangan antara teori dan praksis.

Selanjutnya, ada sebuah analogi yang relevan terhadap eksistensi Presiden dan Wakil Presiden dalam menjawab kritikan prematur eksternal. Misalkan seorang ibu melahirkan seorang anak. Supaya anak dapat bertahan hidup dan tumbuh dewasa maka seorang ibu memberikan ASI terhadap anaknya. Tahap demi tahap seorang ibu memberi makan terhadap anaknya sehingga anak itu tumbuh dewasa.

Berangkat dari analogi ini dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu itu butuh proses apalagi melakukan pekerjaan yang berat. Seperti Presiden dan Wakil Presiden yang sedang menggenggam berapa miliar rakyat Indonesia. Memikirkan nasib rakyat Indonesia. Dalam hal ini, Presiden dan Wakil Presiden harus berpikir secara teliti dan hati-hati dalam membuat segala kebijakan.

Hemat saya bahwa kebijakan yang dikeluarkan JOKOWI-JK (baca: pemerintah) telah lolos ujicoba yang valid sehingga memberanikan diri mengeluarkan kebijakan yang menurut masyarakat membuat mereka “melarat”. Namun kerapkali kritikus sekarang menelurkan kritik prematur terhadap pemerintah. Secara logika matematis, JOKOWI-JK baru 2 bulan menjalankan tugas sebagai pemimpin negara.

Pertanyaannya, apakah JOKOWI-JK bekerja secara masturbasi dimana secara biologis, orang yang keseringan melakukan masturbasi akan kehilangan keperjakaannya?. Ataukah JOKOWI-JK telah lama membelai tubuh cantik negara Indonesia ini sehingga mereka pantas dikritik karena tidak produktif lagi?.

Dengan demikian, mengkritik kinerja siapapun terlalu dini bukanlah sang kritikus bijaksana melainkan proyeksi dirinya yang malas bekerja. Kritik yang membangun seyogyanya harus berlandaskan pada nilai umum dan dapat dibuktikan kebenarannya sehingga hemat saya JOKOWI-JK masih perjaka dalam menjalankan kinerjanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline