Pulang dari supermarket saya langsung membuka bungkusan coklat favorit. Saya kaget isinya berkurang dratis. Setelah diperiksa dua kali saya memastikan tidak salah beli produk . Saya membeli produk yang sama, harganya juga sama.
Skrinkflation. Kata ini muncul dalam pikiran saya mengapa ukuran produk berkurang. Saya telah menemukan jawabannya.
Apa itu shrinkflation?
Istilah Shrinkflation pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Inggris bernama Pippa Malmgren. Shrinkflation merupakan gabungan dari dua kata terpisah yaitu: shrink (menyusut) dan inflation (inflasi). Shrinkflatation adalah suatu tindakan dimana ukuran produk dikecilkan namun harganya tetap sama. Dengan kata lain harga produk telah naik berdasarkan berat per unit .
Hal ini terjadi karena biaya produksi barang mengalami kenaikan secara keseluruhan. Bisa dikatakan shrinkflation merupakan suatu inflasi yang tersembunyi karena terjadi tanpa disadari konsumen.
Kembali ke coklat yang saya dibeli , ukuran coklat berkurang namun harganya tetap sama, tidak lebih murah. Selain makanan, Shrinkflation juga terjadi pada produk lain dan barang kebutuhan sehari-hari. Jadi dalam bahasa sederhana shrinkflation adalah kondisi harga yang sama dengan barang yang sama tetapi kuantitas berkurang.
Mengapa terjadi shrinkflation ?
Misalnya kita membeli coklat dengan berat 120 gram seharga Rp 30.000. Untuk memproduksi coklat perusahaan membeli semua bahan baku seperti biji coklat, susu dan lainnya. Semua bahan baku melewati serangkaian proses produksi sampai produk siap dikemas. Kemudian produk dikirim ke supermarket tempat kita membeli barang.
Ada lima hal yang membuat produk siap dijual di pasar. Pertama, kita perlu membeli bahan baku. Kedua, kita butuh peralatan pabrik untuk proses produksi. Ketiga, tenaga kerja. Keempat,biaya pengepakan serta terakhir biaya logistik .
Jadi Rp. 30.000 yang kita bayar untuk 120 gram coklat pada dasarnya merupakan total dari semua biaya di atas.