Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Budaya Cina Peranakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328860422311927793

Di awal bulan Februari ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengenal budaya Cina peranakan yang ada di Singapura, melalui kunjungan ke Katong Antique House. Ketika mendapat ajakan pertama kali saya masih bingung-bingung antara mau ikut atau tidak, tapi dipikir-pikir tidak ada salahnya nambah wawasan. Dan, keputusan untuk ikut membuat saya tidak menyesal, karena ternyata menarik sekali budaya Cina peranakan. Sebagai informasi awal, kelompok cina peranakan merupakan kelompok etnis yang dalam perkembangannya sudah mengalami percampuran perkawinan, dengan orang Melayu, Eropa, Amerika atau suku bangsa non-Cina. Umumnya kaum Cina peranakan sudah tidak lagi menganut agama yang dianut nenek moyang mereka, banyak yang sudah mengikuti agama pasangannya. Namun, kaum Cina peranakan tetap kuat memegang teguh budaya leluhur mereka.Bahkan, di hari raya mereka, mereka melalukan tradisi yang hampir sama dengan orang Indonesia kebanyakan yaitu sungkeman. Beberapa hal menarik yang menjadi catatan saya selama mendengarkan penjelasan langsung dari salah satu keturunan Cina peranakan di Singapura, yaitu : 1. Kaum Cina peranakan menganut sistem yang sama dengan suku Minang, yaitu matrilineal. 2. Peran ibu sangat dominan dalam pendidikan anak, sehingga berdasarkan informasi yang disampaikan narasumber, anak laki-laki terkadang cenderung menjadi agak feminim karena kuat dan dominannya peran ibu. 3. Kaum Cina peranakan merupakan kelompok yang sangat tekun, ulet dan pekerja keras. Sehingga ketika mereka menekuni suatu bidang pekerjaan mereka akan menjadi ahli di bidang tersebut. 4. Pada kaum Cina peranakan jaman dulu, keperawanan menjadi harga mati bagi seorang wanita yang ingin menikah. Jika pada hari pernikahan diketahui si wanita sudah tidak perawan maka dia akan dikembalikan ke orang tuanya. Dan orang tua Cina peranakan sekarang berusaha tetap mempertahankan tradisi ini kepada anak perempuan mereka, walaupun mungkin anak perempuannya sudah tinggal terpisah. 5. Model kain yang digunakan oleh wanita Cina peranakan sama dengan motif kain batik Solo, Pekalongan, Cirebon, bahkan ada songket Palembang dan songket Minang. Saya pun ditunjukkan koleksi kain dan kebaya pemilik Katong Antique House, dan memang motifnya persis sama dengan motif kain Indonesia. Dan yang tidak kalah menarik ketika diberi kesempatan untuk mencicipi makanan khas Cina peranakan, dimana dalam hal rasa dan bumbu banyak kesamaan dengan masakan Manado. Saya yakin budaya Cina peranakan di Indonesia juga ada dan tidak kalah menariknya. Namun, kesempatan untuk mengenal budaya ini ketika saya ada di negeri Singa.

Mudah-mudahan bermanfaat :-)...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline