Lihat ke Halaman Asli

Terjebak Dalam Kenikmatan Sesaat

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak bisa melupakannya.
Tidak bisa!
Penyesalan yang begitu pahit.
Kehilafan yang sulit untuk dimaafkan oleh sang penguasa.
Yah, lelaki manapun jika berurusan dengan kecantikan sang hawa, sulit
untuk disangkal.
Kebetulan sekali saat itu alkohol menguasai diriku, menguasai otakku, dan
menguasai kesadaranku.
Tapi aku masih bisa mendengar alunan musik DJ yang memeriahi diskotik.
Aku juga masih bisa melihat lampu-lampu diskotik yang
berkerlap-kerlip, orang- orang yang sedang meliak-liukkan tubuhnya
dengan liar mengikuti irama
musik, dan wanita itu. Wanita yang sedang berjalan menghampiriku yang
sedang asik duduk
sambil masih menuangkan minuman laknat kedalam gelas yang entah sudah
berapa kali aku menuangnya. Matanya
yang liar terus menatapku, bibirnya yang dilapisi lipstik merah merekah
tersungging. Manis sekali. Dan tubuhnya yang dibalut baju ketat warna ungu dan
rok hanya setinggi lima senti menampilkan pahanya yang putih mulus,
sepatu hak tingginya menghiasi kakinya yang jenjang.
Aduh, lelaki mana sih yang akan berpaling dari keindahan tubuh wanita
yang begitu seksi. Dia sudah duduk didepanku dan
mencoba untuk berbasa-basi.
"Sendirian saja?" Tanyanya. Ah, suaranya begitu
lembut didengarnya.
"Kelihatannya?" Aku bertanya balik padanya.
Kusodorkan gelas yang tadi kutuangkan alkohol yang
bermerk Vodka dan dia menerimanya dengan senang hati. Isi gelas itu
langsung habis ditenggaknya. Hebat juga wanita ini. Pikirku.
"Kau juga sendirian?" Tanyaku lagi.
"Tidak, aku kesini dengan pria itu." Dia menunjuk kearah kerumunan orang
yang sedang sibuk dengan tarian gilanya.
"Kau lihat?" Aku mencoba memfokuskan pandangan mataku yang
remang-remang karena efek alkohol kearah yang ditunjukkan wanita
didepanku ini.
"Pria itu, yang sedang menari dengan perempuan yang berbaju merah?"
"Yah, dia benar-benar bajingan. Membawaku
kesini lalu aku di kucilkan. Sedang dia bersenang-senang dengan gadis
lain." Bicaranya biasa saja tidak menunjukkan nada marah. Seolah-olah
hal itu sudah
biasa. Akupun terkikik. "Kenapa tertawa?"
"Jadi, kau menghampiriku
supaya kau dapat teman untuk mengobrol?" Pertanyaanku mampu membuat
dirinya merasa rikuh.
"Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku bisa mencari yang lain."
"Jangan salah paham. Justru aku senang bila ada wanita cantik
menemaniku minum." Wanita itu tersenyum nakal.
"Kau tau? Kau tidak pandai dalam merayu." Dia menuangkan Vodka dan
menenggaknya.
"Namamu?" Tanyaku.
"Lina. Kau sendiri?"
"Yah, kau bisa memanggilku Rendi." Aku dan Lina mengobrol panjang
lebar dalam keadaan mabuk sehingga agak ngaco bicaranya.
Tak ketinggalan dengan tawa yang terbahak. Padahal sungguh tidak ada
yang lucu dalam pembicaraan kami. Malah
sebaliknya, karena Lina bercerita tentang
latar belakangnya yang bisa dibilang begitu bermasalah.
"Tapi kenapa kau mau dengan pria bajingan itu?" "Jujur saja, aku tidak suka
padanya. Yah, kau tau sendirikan bagaimana wanita, kami menilai pria
itu bukan ketampanannya tapi ketebalannya." Ucapnya sambil menggosok
telunjuk dan jempolnya.
Dasar wanita uang saja yang
dipentingkan.
Setelah asik mengobrol dia bangkit berdiri.
"Mau menemaniku?" Tanyanya. Tak perlu bertanya mau kemana, aku
mengiyakannya saja. Kami berjalan sempoyongan. Lina merangkulku supaya
dia tidak kehilangan keseimbangannya . Akupun berusaha menjaganya.
Sulit sekali, karena aku sendiri tak mampu
mengendalikan tubuhku sendiri. Dengan susah payah, akhirnya sampai
juga di sebuah kamar. Yah, dia menyuruhku masuk kedalam. Memang benar.
Jika kita sedang berdua
maka setanlah yang ketiga.
Aku tidak mengerti kenapa mahluk itu suka sekali menggoda
manusia-manusia lemah seperti aku.
Yah, aku kehilangan kontrol waktu itu dan aku berhasil terjerumus oleh
godaannya.
Kini aku menyesal dengan minuman laknat itu yang berhasil membuatku
mabuk.
Aku menyesal dengan wanita itu yang membuatku tergoda akan kecantikannya.
Kenapa dia datang menghampiriku?
Dan kenapa dia tidak mengatakan bahwa
HIV ada dalam tubuhnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline