Lihat ke Halaman Asli

(Waspada) Setelah LGBT, kini Swinger "Mengincar" Aceh

Diperbarui: 27 April 2016   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aceh merupakan provinsi dengan sebutan Serambi Mekkah yang mayoritas masyarakat beragama Islam kini mulai "terkikis" sedikit demi sedikit. Budaya Timur yang memang menjadi landasan kini sedikit demi sedikit mulai bergerak ke budaya Barat-baratan.

Terlihat dari gaya pacaran yang sangat bebas berkeliaran disana sini mudah kita jumpai di Kota Banda Aceh. Pergaulan yang bebas pun mulai tercipta dengan perubahan zaman yang kian ekstrim.

Akhir Tahun 2015 sampai awal tahun 2016 dihebohkan dengan pemberitaan didapatnya komunitas LGBT di Kota Banda Aceh. LGBT ( Lesbian Gay Bisexsual and Transgender) di temukan di salah satu kost mahasiswa daerah Kajhu, Aceh Besar. Belum lagi kasus Arisan Tante-tante dengan hadiah Brondong yang di temukan di salah satu daerah di Aceh.

Kini di 2016 Aceh mulai di hebohkan dengan kehidupan sexs bebas lainnya dengan istilah "swinger" atau tukar pasangan. Swinger adalah suatu kegiatan sexs dimana kita bertukar pasangan bisa berempat atau lebih. Swinger yang dulunya sering kita tahu ada di dunia barat atau di film-film barat kini mulai nyata di dunia ini.

Di Indonesia, komunitas Swinger ini sangat eksis di dunia maya. Terlihat diberbagai sosial media seperti facebook, twitter atau instagram. Mereka merupakan komunitas tertutup yang tidak sembarangan orang bisa masuk. Mereka sangat selektif dalam memilih pasangan dan mereka satu sama lainnya sangat menjaga rahasia. Mungkin di Jakarta mengingat kehidupan di kota metropolitan yang sangat padat akan pekerjaan memilih cara ini untuk melepas penat dan mencari kesenangan. Tak sedikit mereka "kopdar" di club malam atau di rumah makan setelah janjian.

Secara psikologi swinger belum dianggap sebagai penyimpangan seksual, seperti fedofilia atau homoseksual, tetapi apakah pelaku swinger mengalami gangguan, mungkin," kata psikolog seksual Zoya Amirin pada Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 18 November 2013.

Menurut Zoya, dalam kultur masyarakat monogami, setiap orang dituntut untuk setia dengan pasangan. Masalahnya, ada sebagian orang yang tidak puas dengan pasangan dan ingin mencari kesenangan dengan variasi lain. Diantara variasi yang diambil adalah berselingkuh. "Tapi kalau selingkuh kan capek, sembunyi-sembunyi. Akhirnya mereka membujuk istri untuk swinger dengan pasangan lain," kata Zoya.

Para pelaku swinger, kata Zoya, dikenal sangat eksklusif. Mereka hanya mau melakukan tukar-menukar dengan pasangan suami-istri yang sah. Itu dibuktikan dengan surat nikah. "Mereka tidak mau kalau itu istri siri," kata dia.

Zoya menerangkan, dari saling tukar-menukar pasangan ini, apa yang didapat dari pelaku swinger adalah quick gratification atau gratifikasi kilat. Mereka mendapatkan kesenangan seksual dari tukar-menukar pasangan suami-istri. Sebenarnya tindakan itu, kata dia, menunjukan adanya gangguan dalam hubungan suami-istri. Sayangnya, penyelesaian dari gangguan itu dilakukan dengan cara swinger. ( sumber : http://apa2sajaada.blogspot.co.id/2013/12/bahaya-tukar-pasangan-semakin-marak.html?m=1 ).

Kalau kita berpikir secara logika ok lah di Kota Metropolitan seperti itu. Yang membuat saya terkejut adalah ketika saya tanpa sengaja menemukan satu akun yang berasal dari Aceh. Terkejut dan tak menyangka itulah perasaan saya saat itu. Dan setelah saya telusuri itu tidak hanya satu tapi ada beberapa akun lagi.

Saya sungguh tidak menyangka itu terjadi di Aceh, Aceh yang terkenal dengan Syariat Islamnya dan Budaya Timur kini mulai merosot tajam. Nilai-nilai agama mulai luntur oleh perubahan Zaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline