Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Kreativitas Anak

Diperbarui: 19 April 2016   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pengalaman Penulis Pada saat Praktek Mengajar Lapangan di salah satu Sekolah"][/caption]Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perkembangan yang sangat cepat itu sebanding dengan tantangan yang semakin rumit. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan suatu kemampuan yang melibatkan pemikiran kritis, logis dan kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, namun yang membedakannya adalah tingkatannya.

Pada tingkat satu merupakan tingkat berpikir kreatif yang rendah, karena hanya mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan tugasnya saja. Tingkat dua menunjukkan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena siswa harus menunjukkan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau algoritma-algoritma pemrograman. Tingkat tiga merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. 

Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detail yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan. Tingkat empat merupakan tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifat-sifat produk final membandingkan dengan sekumpulan tujuan. Menjelaskan simpulan terhadap keberhasilan atau kesulitan selama proses pengembangan, dan memberi saran untuk meningkatkan perencanaan dan proses konstruksi. Tingkat berpikir kreatif ini menggambarkan secara umum strategi berpikir tidak hanya dalam matematika.

Salah satu usaha meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, pemerintah memberlakukan Kurikulum 2013. Pembelajaran berdasarkan pada Kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini diperlukan oleh siswa untuk kehidupannya dalam bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia.

Kurikulum 2013 mengharuskan perubahan pola pikir guru dalam pembelajaran diantaranya, pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membangun jejaring. Pendekatan saintifik menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning). Pembelajaran menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif. Penilaian mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi. Penilaian menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam, bukan sekedar hafalan mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa.

Prinsip kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013, yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran dan peranan guru disarankan harus menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah SMA Negeri 5 Banda Aceh dan hasil observasi pendahuluan didapatkan rendahnya kreativitas siswa dalam belajar matematika seperti kemampuan menyampaikan ide, gagasan, dan pertanyaan lain untuk solusi permasalahan yang ada, keberanian untuk menemukan solusi baru untuk berbagai permasalahan. Karena penulis lulusan S-1 Pendidikan Matematika maka saya mengambil contoh pada materi matematika. 

Pada saat melaksanakan Praktek Pengalaman Mengajar tersebut, penulis menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dimana model ini berbasis masalah. Sehingga proses pembelajaran menitik beratkan pada siswa dan guru hanya memberikan point-point pada materi tersebut. Siswa diberikan LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik) untuk mengerjakan soal. Siswa harus mampu menyelesaikan soal dan menyimpulkan pembahasan kepada teman-temannya. Model pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan pola pikir kreativitas siswa dalam belajar, selain di sekolah siswa juga bisa menerapkannya di rumah apalagi sekarang internet sudah mudah diakses.

Membiasakan siswa menyelesaikan masalah akan membantu merubah pola pikirnya untuk lebih aktif. Sehingga ketika siswa mendapatkan masalah pada kehidupan sehari-harinya, siswa mampu berpikir dan tidak mudah menyerah dengan masalah tersebut.

Zaman ini sangat dibutuhkan orang-orang kreatif, bukan hanya cerdas tapi juga kreatif. Tanpa kreatif tak ada inovasi yang terjadi. Karena untuk membangun Negara yang maju dan berkembang dibutuhkan anak-anak muda bangsa yang kreatif. Untuk orang tua, setiap anak tidaklah bodoh tapi coba kembangkan kreativitas anak. Karena, paradigma orang tua anak haruslah cerdas. Namun, pada kenyataannya yang lebih dibutuhkan saat ini anak harus menjadi lebih kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline