Lihat ke Halaman Asli

Mutmainnah

Mahasiswa

Perjalanan awal itu dimulai #1

Diperbarui: 21 Desember 2024   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Started at, month of may, dari sana dimulainya (perjuangan) aku bisa sampai di titik hari ini. 

 At, that time aku berjuang dengan caraku, langit dan do’a yang entah do’a yang mana yang Ia wujudkan. Lewat pergulatan batin antara diriku dengan diriku sendiri. Lewat percakapan-percakapan tidak menyenangkan dan penuh sesak tiap malamnya, hanya dengan diriku sendiri. 

 Di detik terakhir harapan itu mulai memudar, rasa keinginanku akan sebuah mimpi perlahan tidak terasa menyenangkan lagi. Sampai akhirnya, penawaran itu datang, masih tak membuatku kembali tertarik bermimpi. Hanya satu yang kuucap hari itu,

“Ya, at least, I”ll give it a try.”

 Aku mengatakan itu sebagai pengeluaran emosi menyerah. Iya, aku menyerah. Aku sudah tidak berharap apapun lagi. Aku hanya ingin mencoba, setidaknya akal sehatku masih berjalan dengan memikirkan kemungkinan bahwa itu jadi satu jalan terakhir untuk membuka jalanku yang baru. 

 One day, two days, ‘till the last day. Aku lihat hitung mundur batas waktu menuju hari terakhir hanya tinggal beberapa jam, hingga aku benar-benar sudah tak ingin berharap ataupun menginginkan apapun lagi. Hanya pasrah. 

 Besoknya, siapa yang tahu kalau semesta masih memberikanku kesempatan untuk mencoba dan kembali bangkit. Semesta memberiku kesempatan lagi. Sampai aku benar-benar menyelesaikan tahap awal dari perjalanan ini. 

 Aku berhasil mendapatkan tiket ujian itu. 

Two weeks later, tahap kedua dimulai. Tiket ujian itu kupakai. Tidak selancar yang terlihat. Dan siapa sangka, dibalik rasa menyerah dan kehilangan motivasi itu aku masih tetap melangkahkan kakiku, aku masih menggerakkan tubuhku, tanpa aku sadari, aku menggerakkan mereka untuk berlatih sebelum hari ujian itu tiba. 

 Awalnya kukira semua akan berjalan baik-baik saja. Tapi tantangan itu ternyata selalu ada saja yang menyapa hari. Dimulai dengan perasaan tenang dan damai, santai. Sangat sesuai dengan rencana yang sudah kubuat, sayangnya, semesta punya rencana lain. Di tengah perjalanan menuju tempat ujian, motor yang kupakai, tiba-tiba berhenti dan tidak bisa dinyalakan kembali. Aku kebingungan. Takut ketika harus meminta bantuan orang lain sedangkan aku tidak punya apa-apa, bahkan uang untuk memberinya sebagai balasan rasa terima kasihku. Akhirnya aku menelfon kakakku, dan ketika sesi telefon itu berakhir, dengan suara yang sedikit bergetar, aku menangis, persis seperti tangisan anak kecil ketika tidak mendapat apa yang ia inginkan. 

 Karena motor yang kupakai tidak memungkinkan untuk dibawa pergi jauh dengan keadaan yang sulit dinyalakan (olehku) jadi aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan mengganti motor. Dengan jadwal yang sudah sangat dekat dengan jadwal dimulainya ujian. Aku hanya punya waktu satu jam untuk sampai tepat waktu, sedangkan jarak dari rumahku menuju tempat tujuan adalah satu jam lebih lima belas, berdasarkan waktu normal tanpa kemacetan. Jelas aku akan telat!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline