Lihat ke Halaman Asli

Mutmainnah

Mahasiswa

Semesta, Kembali Mempertemukan Dua Orang yang Sudah Menjadi Asing itu

Diperbarui: 21 Desember 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Tak kusangka hari yang selalu kutunggu untuk datang itu kutemukan dengan tanpa aba-aba. Tokoh yang sempat kukira tak akan kembali kutemukan sosoknya di dunia nyata itu tiba-tiba saja ada di depanku dua malam lalu. 

Tak pernah terpikirkan olehku ia akan berada tepat di depanku. Kalau saja ia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa akulah yang berada tepat dibelakangnya, akankah sapaan terlontar ke udara malam itu?

Aku yang saat itu belum menyadari keberadaan sosoknya yang tepat di depanku itu hanya diam dan tak kuhiraukan. Tapi, sedetik setelah aku tahu bahwa sosok itu benar-benar sosok yang sangat kukenali, aku hanya ingin berteriak dan berharap ia mengenali dan menyapaku. Sayangnya, itu hanya harapan yang menggantung di udara malam itu, dan tak pernah terwujudkan.

Saat kulihat kembali kilasan pertemuan kita yang tak terduga itu, kusadari bahwa kita tidak pernah berubah ya. Masih menyimpan banyak luka dan tak pernah saling ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kita sama-sama menyimpan semuanya sendirian, dan tak pernah membukanya pada siapapun. 

Aku memperhatikan sosokmu dari belakang, sama seperti saat dulu aku yang selalu memperhatikanmu dari kejauhan. Tak pernah berubah. 

Hari ini, aku hanya berani menatap punggungmu dari belakang sini. Aku entah kenapa, seperti tak mampu untuk menatap matamu, melihat wajahmu yang dulu aku kagumi. Aku hanya bisa terdiam dan berpura-pura tak mengenalimu. Aku tak ingin menyapamu, karena yang kuinginkan adalah kamu yang menyapaku terlebih dahulu, supaya aku tahu, apakah kamu berani ataukah tidak. Supaya aku tahu, apakah kamu menganggapku dengan baik ataukah kamu sudah menganggapku asing. Nyatanya, kamu memilih keasingan itu ya. 

Hari ini, aku kebingungan. Aku tidak mengerti dengan apa yang kurasa hari ini. Melihat kembali perjalanan yang pernah kita lalui dulu adalah satu bentuk yang tak pernah aku inginkan. Tapi, dengan pertemuan kita kemarin membuatku membuka kembali lembaran buku lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline