Lihat ke Halaman Asli

Hara Nirankara

Penulis Buku

Mengenal Puisi Prosais yang Anti-Mainstream

Diperbarui: 7 Maret 2021   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar via sastrapedia

Dalam memilih beberapa hal, Saya lebih sering memilih sesuatu yang bersifat tidak umum, seperti halnya ketika dalam menulis sebuah puisi. Secara umum, kita sudah mengenal puisi dengan teknik penulisan bait/larik/baris, namun berbeda dengan puisi prosais seperti yang sering Saya tulis.

Puisi prosais adalah jenis puisi dengan teknik penulisan menggunakan paragraf per paragraf, objeknya pun, tidak jelas diketahui. Penokohan dan juga alur cerita menjadi pembeda dalam puisi prosais. Puisi prosais ditulis dalam bentuk cerita, maka dari itu jangkauan dalam puisi prosais lebih luas seperti halnya cerpen atau esai.

Ya, Saya sering bercerita melalui puisi prosais karena menurut Saya, tidak ada batasan yang pasti dalam kaidah penulisan, pemilihan diksi, penggunaan majas. Sedangkan penekanan dalam puisi prosais lebih menonjol, sehingga pembaca dapat lebih memahami pesan yang ingin Saya sampaikan.

Ciri puisi prosais beberapanya adalah, menceritakan secara padat, padu, memiliki ritme yang indah dan lebih hidup. Puisi prosais mempunyai bentuk paragraf, sehingga ini menjadi pembeda sekaligus ciri khas sebuah puisi prosais.

Contoh puisi prosais yang pernah Saya buat diantaranya, Darah dan Air Mata, Kamu dan Rindu, Anxiety, Pelacurku, Merayakan Sebuah Pengkhianatan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Saat ini juga Saya sedang mengerjakan buku antologi puisi prosais, yang Saya perkirakan akan mulai produksi pada bulan Juli tahun 2021.

Kenapa Saya memilih puisi prosais? Karena Saya bisa dengan leluasa mencurahkan apa yang Saya rasa, apa yang Saya pikir sangat bertentangan dengan hati Saya. Melalui puisi prosais, Saya ingin mengajak pembaca untuk ikut larut ke dalam dimensi Saya, ikut merasakan emosional yang sedang Saya alami.

Jujur saja, dengan menulis puisi prosais, Saya merasa lebih bebas dalam berekspresi, Saya bisa melimpahkan seluruh amarah Saya ke dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline