Banyak negara tengah pusing berhadapan dengan resesi serta ombak pendemi, yang setiap saat bisa saja meluluh-lantakkan perekonomian di banyak negara. Banyak investor yang tengah mengamankan asset mereka.
Banyak juga masyarakat yang overthinking dengan menambah stok kebutuhan pokok mereka. Di Thailand dan Filipina sendiri, gelombang aksi massa cukup membuat Pemerintah setempat kerepotan.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Tentunya sama saja. Selain tengah berdamai dengan ekonomi yang defisit, wabah Covid 19 yang tak kunjung usai, gelombang aksi massa yang menolak UU Omnibus Law, masyarakat juga dipusingkan dengan pemasukan yang berkurang. Banyak pekerja diPHK, bisnis banyak yang lesu, hingga rasio utang masyarakat dan kasus kriminal yang terus meningkat.
Namun ada satu fakta unik di balik "cobaan" itu semua, yaitu sikap masyarakat kita yang masih santuy, seolah sedang tidak terjadi apa-apa. Hal itu bagus, meurut Saya. Karena, jika masyarakat dihadapkan kepada suatu realita yang rumit, pasti akan mempengaruhi kondisi psikologis mereka.
Namun pada kenyataannya, sampai hari ini masyarakat masih saja santuy. Banyak orang-orang yang masih berkumpul tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
Banyak buruh yang masih bekerja tanpa memusingkan aksi demo tolak Omnibus Law. Banyak pekerja sektor non formal yang masih giat mengais rejeki.
Di satu sisi, Saya sedih melihat rentetan masalah yang terjadi di negara ini. Namun di sisi lainnya, Saya bangga dengan respon santuy dari masyarakat. Memang benar, dalam merespon suatu peristiwa, kita harus tetap santuy.
Tapi bukan berarti kita tidak memiliki aksi untuk menghindari sebuah krisis. Sikap santuy inilah yang menurut Saya menjadi ciri khas sendiri dalam kultur masyarakat di Indonesia.
Banyak sekali orang di luar sana yang tengah pusing memikirkan keuangan, pendapatan, hingga ancaman pemutusan hubungan kerja. Namun orang-orang itu masih saja bersikap santuy, seolah tidak ada hal yang perlu ditakutkan. Dan Saya pun heran, fenomena macam apa ini? Sebuah keunikan yang justru Saya dukung, dan sangat bangga akan hal itu.
Saya sendiri pun sama. Memiliki banyak masalah, harus memikirkan ini itu bla bla bla. Dan Saya pun sebenarnya cukup pusing menghadapi krisis keuangan di tahun ini.
Tetapi Saya juga sama dengan mereka, tidak mengambil pusing walau sebenarnya sedang sangat pusing. Unik, kan? Mari kita coba melihat keunikan ini dari kacamata sosio-culture.