Lihat ke Halaman Asli

Hara Nirankara

Penulis Buku

Membunuh Matahari

Diperbarui: 25 September 2020   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Rembulan ini menggangguku. Mengingatkanku akan senyuman darimu. Memelukku dengan tulus, menempatkanku pada hirarki tanpa lawan.

Sajak-sajak darimu masih Aku ingat, dengan sentuhan bibirmu yang berbisik, Aku temukan jawaban dari segala pertanyaan.

Aku pun tak ragu, menoleh ke wajahmu yang bersandar di bahuku, dan koneksi lahiriah tercipta di antara kita. Lalu Kau dekatkan wajahmu, mencium pipiku yang lusuh kering.

"Dengarlah, sayang. Suara kicauan bintang, seolah merestui kedekatan kita. Terangnya rembulan seakan memberi tanda, betapa bahagianya dia menyaksikan kita bersama."

Aku pun tersenyum, ketika Kau selesaikan urusan di pipiku. Dan Aku membalas, mengecup bibirmu yang lucu, mengirimkan sinyal kebulatan batin ini.

Betapa indah Engkau di mataku, pujaan. Betapa inginku segera mengajakmu untuk menua berdua.

"Na ni na ni na ni na nina nana. Na ni na ni na ni na nina nana......", Kau menyair tiba-tiba, membuat jantungku seakan berhenti bekerja. Lembutnya tanganmu terasa kian hangat, manisku. Ketika Kau kembali melabuhkan pipi kirimu di pundakku.

Berdua, bersama dengan bintang dan rembulan, Aku harap tragedi ini akan selalu Kau simpan, walau suatu saat nanti Aku akan menghilang, bahkan musnah dari peradaban.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline