Menurutku Tari Sufi itu indah. Aku selalu terbius terpesona, ketika mereka berputar, hanyut, lalu menyatu. Andai saja Aku itu Rumi, niscaya betapa merdunya senandung pasca kematianku. Aku pasti akan terbebas dari kefanaan dan hidup yang sesungguhnya bersama kecintaan kepada Sang Tiada.
Entah, Tari Sufi berhasil memantik dimensiku yang lain. Untuk ikut menari. Ikut hanyut. Dan akhirnya ikut menyatu. Sungguh, seni Jalaludin Rumi itu tiada tertandingi, tiada ternilai, tiada cacat sedikitpun.
Dari banyaknya fase kehidupan, di usiaku yang masih muda, Aku selalu memikirkan tentang kematian. Bukan takut. Bukan pula menghindar. Tapi Aku sudah tidak sabar untuk menyambutnya. Beralih ke dimensi Yang Maha Sempurna, berkawan baik dengan Sang Waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H