Lihat ke Halaman Asli

Hara Nirankara

Penulis Buku

Banjir, Sampah, dan Kita

Diperbarui: 3 Januari 2020   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image via Tirto

Tiap tahun, banjir selalu menjadi salah satu topik yang paling sering dibicarakan di media sosial. Terlebih lagi, jika banjir itu terjadi di Jakarta. Pada saat ini, nama Anies Baswedan yang paling sering disebut dan dimintai pertanggung-jawaban oleh netizen. Sedang pada periode sebelumnya, Ahok adalah sosok yang sering dimintai pertanggung-jawabannya ketika banjir menerjang Jakarta.

Orang-orang (terutama di media sosial) terus saja meributkan peristiwa banjir yang saat ini menimpa wilayah Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Tanggerang. Yang jadi pertanyaan, apakah mereka (netizen) berada di lokasi bencana? Saya sendiri selama dua tahun tinggal di Jakarta Utara, di mana wilayah itu merupakan salah satu wilayah langganan banjir.

Awal tahun 2014, tepatnya pada masa kepemimpinan Jokowi -- Ahok, juga terjadi banjir besar. Kebetulan waktu itu saya tinggal di Kompleks TNI AL Kelapa Gading yang mempunyai waduk dan juga pompa air sendiri. Tetapi tetap saja, waktu itu banjir berhasil menembus tanggul Kali Sunter dan memasuki area kompleks.

Saat banjir terjadi, pendukung Anies Baswedan menyalahkan Ahok sepenuhnya atas bencana banjir itu, dan pada saat ini, giliran pendukung Ahok yang menyalahkan Anis Baswedan.

Di Jakarta, banjir tiap tahun bukan sesuatu yang baru lagi. Banjir setinggi atap rumah, banjir yang memasuki kompleks perumahan elit, bukan hal yang baru pula. Tapi entah kenapa, tiap musim hujan datang, banjir di Jakarta seolah menjadi banjir yang pertama kali terjadi.

Pengguna media sosial (terutama pendukung antar rival) selalu ribut, mereka menyalahkan satu pihak saja, yaitu Pemimpin yang sedang menjalani masa jabatannya. Bahkan, saling lempar tanggung jawab juga terjadi antar pemangku tanggung jawab.

Padahal, banjir bukan hanya terjadi di Jabodetabek, tapi di semua wilayah Indonesia yang memang menjadi langganan banjir. Tetapi yang menjadi fokus perhatian masyarakat selalu saja Jakarta, padahal semua orang (semua wilayah) yang dilanda banjir patut mendapatkan perhatian.

Mereka yang tidak tinggal di Jakarta selalu ribut masalah banjir di Jakarta, padahal sebentar lagi wilayah mereka juga akan dilanda banjir. Tetapi kenapa mereka semua lebih fokus ke Jakarta? Kenapa tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi banjir di wilayah masing-masing?

Penyebab banjir ada banyak, beberapa di antaranya adalah sampah, perilaku konsumtif, dan juga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Saya sendiri terkadang heran, banyak masyarakat yang acuh terhadap kebersihan lingkungan, dan ketika banjir sudah melanda, mereka sibuk saling menyalahkan.

Dalam kasus ini saya berkaca pada diri saya sendiri, dan juga ingin memberikan sedikit pengalaman saya dalam rangka menyambut musim hujan. Tentunya saya juga ingin menyentil dinas terkait atas kendala yang saya terima selama proses penyambutan musim hujan.

Di depan rumah saya, lebih tepatnya RT sebelah, saluran irigasinya terdapat banyak sampah plastik. Saya terkadang membersihkan sampah-sampah itu, mengangkat banyak macam sampah yang ada di saluran irigasi ke atas jalan. Namun sayangnya, tindakan yang saya lakukan tidak mendapat dukungan dari pengambil sampah (yang menggunakan gerobak, dan juga dibayar per bulan oleh tiap kepala keluarga).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline